Cari Blog Ini

Halaman

Selasa, 06 Maret 2018

Aplikasi Kerangka Estetika Seni Rupa di SD/MI serta Pengembangan Seni Rupa di SD/MI

Seni Rupa (Menggambar)


A.    Definisi Aplikasi Kerangka Estetika Seni Rupa
Di dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, “Aplikasi” artinya penggunaan atau penerapan.[1] Adapun arti “Kerangka” di dalam kamus yang sama artinya rancangan, gambar rancangan atau garis besar.[2]
Estetika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan seni (art) dan keindahan (beauty). Istilah estetika berasal dari kata Yunani aisthesis, yang berarti pencerapan indrawi, pemahaman intelektual (intelectual understanding), atau bisa juga berarti pengamatan spiritual.[3]
Adapun istilah seni rupa dalam pengertian luas dapat dipahami sebagai produk, kemahiran, atau sebagai kegiatan mencipta atau kegiatan kreasi. Dalam pengertian terbatas, seni rupa (visual art) dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk ungkapan seni yang mengekspresikan pengalaman hidup dan pengalaman estetis atau artistik manusia untuk menghasilkan susunan atau struktur karya seni rupa yang dapat dilihat, diamati, diraba, didengar, atau diapresiasi oleh publik atau penikmat seni.[4]
Jadi, menurut simpulan penulis, definisi dari aplikasi kerangka estetika seni rupa yaitu bagaimana menerapkan suatu rancangan seni rupa sehingga dapat memperoleh nilai estetis (keindahan).

B.     Ragam Seni Rupa
Munculnya berbagai ragam atau jenis seni rupa dipengaruhi oleh adanya sudut pandang yang berbeda dalam menggolongkan/mengklasifikasikan seni rupa. Pengklasifikasian seni rupa yang umum dikenal adalah menurut konsep seni rupa Barat (konsep seni rupa modern), yaitu penggolongan berdasarkan aspek bentuk atau dimensi dan fungsi. Dari penggolongan atau klasifikasi ini, dapat dipetakan jenis-jenis seni rupa yang termasuk di dalamnya.
1.      Klasifikasi Berdasarkan Bentuk dan Dimensi
Ditinjau dari aspek bentuk atau dimensi, karya seni rupa dapat dibedakan menjadi karya seni rupa dua dimensi (dwimatra) dan tiga dimensi (trimatra).
a.       Seni Rupa Dua Dimensi (Dwimatra)
Karya seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar, atau karya seni rupa yang hanya bisa dilihat dari satu arah pandang. Contohnya seni lukis, seni gambar, lukisan dinding (mural), ilustrasi, fotografi, seni grafis, tekstil, poster, dan berbagai desain grafis lainnya.
b.      Seni Rupa Tiga Dimensi (Trimatra)
Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang mempunyai tiga ukuran, yaitu panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang mempunyai volume dan menempati suatu ruang. Contohnya seni patung, seni kriya, seni keramik, arsitektur, dan berbagai desain produk (misalnya desain perhiasan, desain mebel, desain otomotif, dan lain-lain).
Unsur bentuk dan ruang pada karya seni rupa tiga dimensi terlihat lebih nyata atau konkret disbanding dengan karya seni rupa dua dimensi. Unsur bentuk dan ruang pada karya seni rupa dua dimensi sering bersifat ilusif atau semu.[5]
2.      Klasifikasi Berdasarkan Fungsi
Ditinjau dari aspek fungsi, seni rupa dapat dikelompokkan menjadi seni murni dan seni terapan.
a.       Seni Murni
Seni murni (fine art) adalah konsep penciptaan karya seni rupa yang berfungsi sebagai sarana untuk ekspresi diri dalam mengekspresikan gagasan/ide, cita rasa estetis serta perasaan/emosi. Seni murni adalah kegiatan seni yang dilakukan sebagai ungkapan murni demi seni itu sendiri dan tidak diabadikan untuk kepentingan di luar seni yang lain.
Bentuk karya seni murni berfungsi merefleksikan berbagai nilai yang terkandung di dalamnya, dapat berupa nilai artistik, nilai estetis, dan nilai pengetahuan. Contoh karya seni murni adalah seni lukis, seni patung, seni grafis, keramik, fotografi, dan seni gambar.
b.      Seni Terapan
Seni terapan atau seni pakai (applied art) adalah konsep penciptaan karya seni rupa yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan praktis. Dalam pembuatan seni terapan atau seni pakai, faktor kegunaan dan faktor keindahan atau artistik sangat diutamakan. Ditinjau dari aspek bentuk dan fungsinya, karya seni terapan dapat dibedakan menjadi karya desain dan karya kriya.[6]
1)      Desain
Desain dalam konteks pengertian modern adalah upaya manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari melalui metode berpikir kritis yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang bersifat rasional dan pragmatis. Desain selalu terkait dengan barbagai faktor penentu yang selalu berubah dan bertambah seiring dengan perkembangan kebutuhan, daya pikir, teknologi, tingkat pendidikan, budaya, dan kebiasaan-kebiasaan sosial. Contoh karya atau produk desain adalah desain grafis, desain mebel, desain perhiasan, desain mode, desain tekstil, desain interior, desain eksterior, desain otomotif, dan sebagainya.
2)      Seni Kriya
Seni kriya dipahami sebagai upaya manusia dalam mencipta karya atau produk untuk tujuan fungsional dan bernilai dekoratif atau kualitas artistik yang dalam perwujudannya didukung oleh kepandaian kriya yang tinggi. Contohnya adalah kriya bambu, kriya kayu, kriya logam, kriya rotan, kriya serat, kriya tekstil, dan sebagainya. Dalam hal ini, karya/produk kriya dibedakan jenisnya menurut jenis bahan atau material yang digunakan. Namun, seni kriya, dapat pula dibedakan menurut jenis tekniknya, seperti kriya anyam, kriya tenun, kriya ukir, kriya pahat, kriya batik, dan sebagainya.[7]

C.    Keterampilan Seni Rupa
1.      Keterampilan Berkarya Dwimatra
a.       Alat Gambar
 Alat yang biasa digunakan dalam menggambar sangat beragam. Alat yang lazim dipakai dalam menulis biasanya dapat pula dipergunakan untuk menggambar. Ada beberapa alat gambar konvensional yang lazim dipergunakan dalam menggambar, antara lain berikut ini.
1)      Pensil
Jenis pensil terdiri atas jenis H (keras) dan B (lunak). Jenis IH, 2H, 3H, 4H, 5H, dan 6H banyak dipakai oleh arsitektur. Untuk menggambar bentuk atau ekspresi, lebih tepat digunakan pensil B, yaitu IB, 2B, 3B, 4B, 5B, dan 6B. Semakin tinggi nomornya, semakin tinggi kekerasan atau kelunakannya. Hasil goresan tergantung pada keruncingan ujung pensilnya.
2)      Kuas
Pemulas untuk cat pewarna disebut kuas. Ujung kuas berbentuk pipih disebut jenis kuas persegi, sedangkan yang ujungnya runcing atau bundar disebut jenis kuas pensil. Kuas mempunyai ukuran dan tertulis pada ujungnya dengan angka. Untuk cat air, bulu kuas pada umumnya menggunakan bahan bulu kelinci, sedangkan cat minyak menggunakan bulu kuda dan binatang sejenis.
Dalam menggambar, ujung kuas yang bervariasi bentuknya memiliki kegunaan yang berlainan karena menentukan jejak sapuan cat yang berlainan bentuk dan karakternya. Kuas ini perlu dipelihara. Janganlah menggunakan air panas untuk mencuci kuas cat air sebab kuas akan rusak, terutama bagian perekatnya. Untuk jenis kuas cat minyak, gunakanlah minyak tanah, bensin, atau tiner sebagai pembersihnya.
3)      Konte
Konte umumnya berwarna hitam, bahannya adalah arang halus, dan sering digunakan untuk melukis foto hitam putih. Bentuk konte ada yang persis seperti potlot dan ada pula yang berupa serbuk. Sifat konte seperti daya rekat kapur. Maka itu, lukisan dari bahan ini harus menggunakan pelindung berupa bingkai berkaca atau     di- fixeer. Karakter alat gambar ini perlu dikenali dan dipilih teknik untuk melindungi hasilnya.
4)      Rapido
Untuk menggambar di kertas kalkir dengan ketepatan dan kecermatan yang tinggi, dapat pula digunakan kertas gambar dengan permukaan halus. Mata rapido umumnya dimulai dari 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 hingga 0,8.
5)      Spidol
Spidol untuk menggambar dapat dibedakan bentuknya dalam dua jenis, yaitu spidol dengan ujung meruncing/lancip dan spidol dengan ujung rata/persegi dalam berbagai ukuran. Spidol tersedia dalam berbagai warna. Jenis tintanya ada yang terbuat dari air dan ada yang berupa campuran alkohol. Spidol yang berbahan dasar tinta dari air dapat digunakan untuk menulis di white board dan mudah dihapus. Sementara itu, yang berbahan tinta dari alkohol bersifat permanen dan umumnya digunakan pada karton atau benda-benda dengan permukaan tebal.
6)      Pena
Pena adalah alat untuk menggambar dengan efek visual lebih ekspresif yang diungkapkan melalui kualitas tebal-tipis tarikan dan goresan garis yang spontan dan bebas. Pena sering dipergunakan dalam menulis indah atau kaligrafi dan membuat sketsa.[8]
b.      Pengenalan Teknik Berkarya Dwimatra
Ada beragam jenis teknik dipergunakan dalam membuat karya seni dwimatra sesuai jenis karya dan bahan serta alat yang dipergunakan. Bidang datar yang memiliki ukuran panjang dan lebar dapat dibuat karya seni yang dinikmatinya dari satu arah saja. Sebagai pengenalan berikut ini, dijelaskan beberapa teknik penggarapannya.
1)         Teknik pulas: salah satu teknik melukis atau menggambar dengan memulas cat pada bidang gambar yang menggunakan kuas.
2)         Teknik semprot: salah satu teknik membuat gambar dengan menyemprotkan cat pada bidang gambar dan menggunakan alat pompa khusus (spray-gun) yang dapat diatur lubang semprotnya.
3)         Teknik mozaik: jenis teknik lukis dengan menempelkan kepingan, potongan, atau pecahan kaca. Keramik tersebut disusun menjadi pola gambar tertentu.
4)         Teknik kolase: menempel materi-materi lain (potongan perca, kertas, atau materi lain), selain cat pada permukaan suatu bentuk yang telah terlebih dahulu digambari permukaannya.
5)         Teknik inlai: membuat motif hias dengan cara menyisipkan suatu materi ke dalam benda lain. Hal ini dapat berupa materi yang berlainan warna atau berlainan bahan.
6)         Teknik patri: menggunakan sorder dengan timah hitam untuk mengapit dan merangkaikan potongan-potongan kaca hias menjadi hiasan yang artistik.
7)         Teknik ukir: proses membuang bagian-bagian yang tidak diperlukan pada sebuah benda dengan alat ukir/pahat hingga terbentuk suatu motif hias.
8)         Teknik gores: menorehkan benda runcing pada permukaan benda lain hingga membentuk sebuah gambar. Jejak goresan yang dihasilkan umumnya berupa garis.
9)         Teknik cetak tinggi: salah satu teknik cetak yang menggunakan media acuan kayu atau lino. Media tersebut dicukil dengan alat cukil khusus. Permukaan cetakan diberi tinta dengan rol, lalu dicetak ke atas kertas.
10)     Teknik cetak dalam: salah satu teknik cetak yang menggunakan pelat metal sebagai acuan cetak yang ditoreh langsung dengan jarum etsa (scraper) dan melalui proses pengasaman sehingga pelat terkikis oleh cairan asam.
11)     Teknik cetak saring: teknik cetak dengan media kain screen yang berupa jaring yang sangat halus dan fleksibel.
12)     Teknik celup: salah satu teknik mewarnai kain dengan cara merendam dalam cairan pewarna.
13)     Teknik sulam: merajut benang pada bahan tertentu dengan alat jarum yang dikerjakan secara manual hingga membentuk hiasan.
Penamaan jenis karya seni rupa tersebut sesungguhnya disesuaikan dengan teknik yang digunakan. Jenis teknik terus berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan kegiatan eksplorasi bahan yang digunakan untuk membuat sebuah karya seni rupa.
Di sekolah-sekolah, umumnya kegiatan praktik berkarya tidak terlalu bervariasi dan berkembang karena keterbatasan sarana (peralatan), alokasi waktu, dan ruang kerja untuk praktik. Penting diperhatikan bahwa pemilihan jenis teknik berkarya perlu disesuaikan dengan perkembangan kemampuan motorik anak pada jenjang usia tertentu.[9]



2.      Keterampilan Berkarya Trimatra
Berbeda dengan karya seni dua dimensi yang hanya memiliki sisi panjang dan lebar, karya seni tiga dimensi bersifat volumetris dan memiliki ruang. Pemanfaatan volume, warna, tekstur, dan nada gelap terang secara baik dapat mendukung tampilan karya yang dapat dinikmati dari berbagai sudut pandang.
Bahan tanah liat, kayu, batu, atau besi dapat dijadikan benda hias ini. Teknik pembuatannya dapat dilakukan dengan cara dipahat, dibentuk, dicor, atau dilas. Peralatan yang diperlukan tentu saja disesuaikan dengan bahan dan teknik yang dipakai. Bentuk karya terapan tiga dimensi, misalnya patung hias, cindera mata, vas bunga, guci, kap lampu dan lain sebagainya.[10]

D.    Aplikasi serta Proses Kreasi Karya Seni Rupa Di SD/MI
1.      Proses Kreasi Karya Seni Rupa Dwimatra
a.       Menggambar Ekspresi
Menggambar ekspresi atau biasa yang disebut gambar bebas adalah media ekspresi seni rupa dwimatra yang paling ekspresif dan yang dapat secara langsung digunakan untuk mengungkapkan gagasan serta ide dari dalam diri seorang anak secara bebas. Dalam aktivitas kreatif yang lebih mengutamakan self expression ini, yang dipentingkan adalah “bagaimana” anak mengekspresikan atau menuangkan gagasan dan perasaannya, bukan sekadar “apa” yang digambar anak. Unsur visual yang paling menonjol adalah kualitas goresan, tarikan garis, atau sapuan kuas dan kualitas warna.
Gambar ekspresi dengan krayon dan cat air
1)      Proses kreasi
a)      Proses diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan imajinasi dan minat anak. Proses ini tidak harus berupa pengalaman mengamati yang dilakukan oleh anak, tetapi guru dapat memilih tema atau topik yang menarik minat anak atau meminta anak membayangkan pengalaman yang paling berkesan baginya.
b)      Proses merasakan atau menghayati dapat dibantu dengan alat peraga mainan, buku cerita bergambar, atau media lain yang digemari anak-anak.
c)      Proses berpikir akan membantu anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d)      Proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai media gambar cat air dan krayon.
2)      Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan alat) berupa alat (kuas, palet, dan tisu) dan bahan (kertas gambar A4, krayon, cat air, dan air).[11]
b.      Lukis Jari atau Finger Painting
Melukis untuk anak-anak pada dasarnya sama dengan menggambar bebas atau ekspresi, yakni media ekspresi seni rupa dwimatra. Dalam membuat lukisan dengan jari-jari tangan, hal utama yang perlu diperhatikan adalah penggunaan cat yang khusus. Dalam hal ini, orang tua atau guru dapat membeli cat jari atau membuatnya sendiri dari bahan-bahan sederhana yang ekonomis harganya.
Seperti halnya menggambar ekspresi, karya lukis jari mengutamakan self apression yang lebih mementingkan “bagaimana” anak mengekspresikan atau menuangkan gagasan dan perasaannya, bukan sekadar “apa” yang dilukis anak. Unsur visual yang paling menonjol adalah kualitas goresan, tarikan garis, atau sapuan tangan dan permainan warna. Media ini memberi pengalaman sensasi rabaan yang mengasyikkan dan memberi kejutan yang inspiratif.
1)      Proses kreasi
a)      Proses diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak akan materi baru yang akan dipelajarinya melalui contoh karya finger paint.
b)      Proses merasakan atau menghayati dapat dicapai dengan memberi kertas gambar berukuran besar A-l agar anak puas mengeksplorasi bermacam-macam gerak jari-jari tangan dan membuat beragam coretan atau sapuan tangan.
c)      Proses berpikir akan membantu anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga anak mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d)      Proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai media melukis langsung dengan jari-jari tangan sebagai alat yang utama.
2)      Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan alat) berikut ini.
Alat      :  panci, pengocok telur, sendok, dan gelas plastik.
Bahan   :  adonan cat buatan sendiri untuk lukisan dengan jari:
1   cangkir tepung kanji atau tapioka
2   sendok makan garam
1 ½  cangkir air dingin
1 ¼  cangkir air panas
pewarna makanan atau cat poster.
Cara membuat adonan cat
a)      Masukkan tepung dan garam dalam panci, tambahkan air dingin dan kocoklah dengan pengocok telur sampai tercampur rata.
b)      Tambahkan air panas dan didihkan sampai campuran mengental, kocok lagi hingga tercampur rata. Adonan siap digunakan dan diberi warna.[12]
c.       Melukis dengan Sedotan
Dalam membuat lukisan dengan sedotan, hal utama yang perlu diperhatikan adalah penggunaan sedotan limun yang cukup kuat, besar, dan tidak sobek. Dalam hal ini, orang tua maupun guru dapat membeli sedotan di toko-toko dengan harga ekonomis.
Aktivitas kreatif ini sarat dengan nuansa bermain yang mengutamakan ekspresi tiupan yang spontan dan tak terduga. Kegiatan ini lebih mengutamakan “bagaimana” anak mengekspresikan emosinya melalui semburan cat, bukan “apa” yang dilukiskan anak. Unsur visual yang paling menonjol adalah efek semburan cat dan komposisi warna cat serta teknik tiup. Media ekspresi ini memberi pengalaman visual dan pengalaman bermain yang mengasyikkan dan memberi kejutan yang imajinatif.
1)      Proses kreasi
a)      Proses diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak akan materi baru yang akan dipelajarinya melalui contoh karya lukisan sedotan.
b)      Proses merasakan atau menghayati dapat dicapai dengan memberi kertas gambar berukuran besar A-2 dan warna-warna cat yang kontras agar anak puas mengeksplorasi bermacam-macam jenis tiupan, baik tiupan lembut maupun tiupan kuat.
c)      Proses berpikir sejenak membantu anak lebih fokus dan mampu membangkitkan daya imajinasi/fantasi sehingga anak dapat merespons lebih tepat dan lancar.
d)      Proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai media (alat dan bahan) melukis dengan sedotan sesuai perkembangan usianya.
2)      Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan alat) berikut.
Alat      :  sedotan limun, kuas cat, palet, dan gelas plastik.
Bahan   :  cat air, cat poster, atau pewarna kue dan kertas        gambar A-3.[13]



d.      Mencetak
Prinsip dari mencetak adalah memindahkan gambar ke atas kertas atau bahan lain dengan menggunakan acuan cetak yang terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya mencetak dengan anggota tubuh, mencetak dengan bahan alam, dan mencetak dengan benda-benda temuan.
Dalam aktivitas kreatif yang lebih mengutamakan kepekaan estetis dan keterampilan motorik, yang lebih dipentingkan adalah “bagaimana” anak mengekspresikan atau menuangkan penataan yang artistik secara instingtif, bukan sekadar “apa” yang dicetak anak. Unsur visual yang paling menonjol adalah keserasian dan keindahan penataan bentuk dan warna serta keterampilan teknik cetak.[14]
e.       Mencetak Gambar dengan Jari-jari Tangan
1)      Proses kreasi
a)      Proses diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak terhadap materi baru yang akan dipelajarinya melalui contoh karya cetak yang dibuat dengan jari- jari tangan.
b)      Proses merasakan atau menghayati dapat dicapai dengan memberi kertas gambar berukuran besar A-3 agar anak puas mengeksplorasi bermacam-macam cap jari-jari tangan.
c)      Proses berpikir akan membantu anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga anak mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d)      Proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai beragam media cetak (bahan dan alat) sesuai tingkat perkembangan usianya.
2)      Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan alat) seperti berikut.
Alat            :  kuas cat, palet, gelas plastik.
Bahan         :  cat air atau cat poster atau pewarna kue dan kertas gambar A[15]
f.        Mencetak Gambar dengan Bahan Alam
1)      Proses kreasi
a)      Proses diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak terhadap materi baru yang akan dipelajarinya melalui contoh karya mencetak dengan bahan alam.
b)      Proses merasakan atau menghayati dapat dicapai dengan memberi kertas gambar berukuran besar A-3 agar anak puas mengeksplorasi bermacam-macam gerak jari-jari tangan dan membuat beragam coretan atau sapuan tangan.
c)      Proses berpikir akan membantu anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga anak mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d)      Proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai beragam media cetak (bahan dan alat) sesuai tingkat perkembangan usianya.
2)      Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan alat) seperti berikut.
a)      Alat: kuas cat, palet, dan gelas plastik.
b)      Bahan: cat air atau cat poster atau pewarna kue, dan kertas Gambar A-3.
c)      Bahan untuk acuan cetak: berbagai bahan-bahan alam seperti, daun, belimbing, jeruk, pelepah pisang, ranting kering, berbagai jenis kerang.[16]



2.      Proses Kreasi Karya Seni Rupa Trimatra
Pengertian merakit adalah menyusun dan menggabungkan bagian-bagian atau komponen terpisah sehingga menghasilkan wujud tertentu dengan struktur bentuk yang utuh. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah kecermatan merakit, keseimbangan, dan keharmonisan bentuk. Proses merakit dikerjakan dengan cara merekat, mengikat, atau menusuk.
Aktivitas kreatif ini mengutamakan kepekaan estetis dan keterampilan motorik. Dalam prosesnya, yang lebih dipentingkan di sini adalah “bagaimana” anak mengekspresikan atau menuangkan penataan yang artistik secara instingtif, bukan sekadar “apa” yang dirakit anak. Unsur visual yang paling menonjol adalah keindahan penataan bentuk dan warna serta keterampilan teknik merakit.
1)      Proses kreasi
a)      Proses diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak terhadap materi baru yang akan dipelajarinya melalui contoh karya merakit dengan stik ice cream atau stik konstruksi.
b)      Proses merasakan atau menghayati dapat dicapai dengan memberi stik ice cream yang berjumlah cukup besar dan berwarna agar anak puas mengeksplorasi bermacam-macam jenis konstruksi.
c)      Proses berpikir akan membantu anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga anak mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d)      Proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai beragam media merakit (bahan dan alat) sesuai tingkat perkembangan usianya.
2)      Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan alat) berikut.
Alat dan bahan  : stik ice cream atau stik permainan dalam aneka warna atau warna natural dan lem putih.[17]

E.     Kemampuan Dasar Estetis Seni Rupa Anak Usia SD/MI
Suatu karya seni rupa dikatakan indah jika unsur-unsurnya terpadu, selaras dan harmonis. Wujud karya seni rupa tersebut mampu menggugah dan membangkitkan perasaan tertentu dalam diri penikmatnya. Rasa indah muncul dari pengamatan inderawi yang menyentuh perasaan seseorang sehingga menumbuhkan kesenangan, keasyikan dan keharuan yang mendalam.
Perkembangan keindahan dalam diri seorang anak dimulai dari yang bersifat egosentris subjetif, lalu berkembang ke arah yang lebih objektif. Mula-mula anak berpendapat bahwa hasil karyanya indah, tidak peduli menurut orang lain indah atau tidak. Lambat laun, sejalan berkembangnya usia anak, ia mulai menyadari bahwa karya orang lain bisa lebih baik.
Sebagai seorang guru, kita perlu memahami bahwa keindahan yang mendalam dapat dirasakan seorang anak melalui pengalaman dan latihan. Perkembangan fungsi indrawi, fisik dan mental yang wajar akan menunjang pertumbuhan kepekaan estetis dan artistik seorang anak. Penting dipahami bahawa kepekaan rasa keindahan dalam diri seorang anak masih bersifat bawah sadar. Anak merespon keindahan secara spontan dan subjektif didorong oleh perasaannya sendiri sehingga ukuran keindahan bagi seorang anak tidaklah sama dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dalam menilai karya seni seorang anak, guru perlu memperhatikan kesesuaian tahap perkembangan estetis anak dengan usianya.[18]

F.     Pengembangan Seni Rupa di SD/MI
1.      Jenis Kegiatan Seni Rupa di SD/MI
Kegiatan seni rupa di SD/MI pada dasarnya bersifat fleksibel dan terfokus pada pengalaman personal. Oleh sebab itu, setiap anak dapat mengembangkan kemampuan seninya dengan caranya sendiri. Ekspresi seni anak bersifat kontinu dan merupakan interpretasi spontan dari apa yang dirasakan, dipikirkan, dilakukan, dan dilihatnya. Gagasan kreatif anak dirangsang oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, seperti dengan hewan peliharaan atau bersumber dari pengalaman anak menonton sirkus, kegiatan liburan, atau dongeng yang diceritakan oleh guru.
Kegiatan seni rupa yang fleksibel memberi kesempatan pada anak untuk merekam pengalamannya yang sesuai minatnya. Anak-anak biasanya akan berubah-ubah minatnya. Jika guru menemukan anak yang tidak berubah minatnya, guru harus dapat membujuk anak agar mau mencoba yang lain, tanpa kehilangan rasa percaya diri. Rasa percaya diri adalah faktor utama dalam mencapai kesenangan dan kesuksesan dalam pengalaman seni anak. Kebahagiaan anak menjadi sempurna jika guru, teman-teman, dan keluarga dapat mengapresiasi karyanya.
Material seni yang lunak dan mudah digunakan menjadi pilihan untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran seni rupa di SD/MI. Material tersebut ada yang siap pakai dan tersedia di toko-toko, tetapi ada pula yang dapat dibuat sendiri oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitar.
Berikut ini adalah ragam program seni rupa dan kerajinan tangan yang dapat dilakukan di SD/MI beserta materialnya.
a.       Menggambar meliputi menggambar dengan krayon di atas kertas atau ampelas, menggambar dengan pensil hitam atau warna, serta menggambar krayon dikombinasi dengan cat air.
b.      Melukis meliputi melukis dengan jari tangan, melukis dengan cat air, melukis dengan cat akrilik, atau melukis dengan sedotan.
c.       Mencetak meliputi mencetak dengan bahan alam, mencetak dengan balok mainan, mencetak, lipat, atau mencetak bayangan.
d.      Kolase meliputi kolase bahan alam, bungkus permen, kain perca, dan bungkus kado.
e.       Membentuk dengan bahan lunak meliputi membentuk dengan tanah liat, plastisin, dan adonan tepung.
f.        Membangun konstruksi dengan bahan-bahan bekas atau stik ice cream.
g.       Mematung dengan bahan kertas koran.
h.       Kerajinan tangan meliputi origami, lipat dan ikat-celup, anyam kertas, topeng kertas, dan mozaik kertas.[19]
2.      Pemilihan Tema
Dalam berkarya seni rupa, tema yang disenangi anak-anak SD/MI biasanya bersumber dari realitas dunia anak, misalnya anggota keluarga, lingkungan bermain, alat permainan, hewan peliharaan atau kesayangan, dongeng yang diceritakan guru, sirkus, kebun binatang, kolam renang, taman bermain dan lain sebagainya.
Sesuai dengan karakter anak yang dinamis dan minatnya mudah berubah-ubah, pilihan temanya pun akan bervariasi sehingga terkadang kita jumpai di kertas gambar terlihat banyak gambar yang tidak terkait satu dengan yang lainnya. Dengan bertambahnya usia anak, secara bertahap anak dapat lebih fokus pada tema tertentu dan komposisi gambar jadi lebih teratur dan karya modeling yang dihasilkan jadi lebih jelas karakteristik bentuknya.
Suatu pengkajian terhadap gambar anak menunjukkan hasil bahwa gambar anak dapat diklasifikasi dalam empat kategori berikut.
a.       Gambar spontan, yakni gambar yang dibuat atas inisiatif anak sendiri sebagai suatu kegiatan bermain.
b.      Gambar bebas atau sukarela, yakni gambar yang dibuat atas permintaan guru, orang tua, atau teman, tetapi tema dan objek gambar dipilih sendiri oleh anak.
c.       Gambar terarah, yakni gambar yang tema/topiknya sudah ditentukan.
d.      Menyalin gambar atau melengkapi gambar, yakni gambar yang telah disiapkan contohnya dalam format lembar kerja siswa.
Dari keempat kategori tersebut, jenis gambar spontan merupakan jenis gambar yang dinilai paling sesuai dengan kebutuhan anak. Guru juga perlu memperhatikan bahwa gambar bebas tidaklah sama dengan gambar spontan. Meskipun topik ditentukan sendiri oleh anak, gambar bebas dibuat atas inisiatif orang dewasa dan jenis material tertentu yang akan digunakan juga telah disediakan.
a.       Subjek Karya Seni Rupa Anak SD/MI
Pengkajian terhadap isi dari gambar anak menunjukkan bahwa kebanyakan anak senang menggambar subjek manusia, hewan, dan tumbuhan. Dalam suatu studi yang panjang, diperoleh data bahwa urutan subjek yang paling digemari anak adalah (1) manusia, (2) rumah dan kereta api, (3) pesawat terbang dan kereta dorong, (4) kapal laut, (5) kendaraan, serta (6) binatang dan tumbuhan. Hal ini tentu saja tidak berlaku secara universal karena banyak faktor yang memengaruhi gambar anak, termasuk unsur budaya dan sosial. Namun, setidaknya hal ini dapat digunakan sebagai landasan guru memahami minat dan kesenangan anak.
b.      Perkembangan Representasi Objek Tunggal dalam Karya Seni Rupa Anak SD/MI
Representasi (ungkapan visual) objek tunggal dalam karya seni rupa anak menjadi fenomena (kecenderungan) yang umum terjadi karena kemampuan dan pemahaman konseptual anak tentang dunia sekitarnya masih terbatas. Koordinasi tangan dengan pengamatannya belum sempurna. Berikut ini Anda akan mempelajari ragam representasi karya gambar dan modeling menurut kemampuan anak sebagai berikut.
1)      Makhluk hidup
Anak-anak menaruh perhatian besar terhadap makhluk hidup yang ada dalam kehidupannya yang meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Makhluk hidup menjadi lingkungan terdekat anak dan menjadi bagian dari kehidupannya.
a)      Manusia
Karakteristik manusia pada gambar anak pada mulanya ditampilkan dalam bentuk prabagan sederhana yang berupa bentuk bundar atau oval lengkap dengan mata, hidung, mulut, dan telinga. Tangan dan kaki digambar berupa garis yang melekat pada badan yang berfungsi sekaligus sebagai kepala figur manusia. Gambar semacam ini disebut head-man (manusia-kepala). Karakter ini kemudian berubah menjadi bentuk bagan atau skematik yang matang, yaitu kepala manusia digambar dalam ukuran kecil dengan kaki panjang yang dikenal dengan sebutan leg man.
Figur manusia dalam karya modeling direpresentasikan dalam rupa pilinan tanah silinder kecil yang berubah jadi lebih besar ketika diletakkan dalam posisi berdiri. Setelah itu, figur diberi detail bentuk berupa pilinan panjang menyerupai tangan yang diletakkan menyilang dan bagian badan dibuat pipih. Problem teknik dihadapi anak ketika ia akan membuat posisi figur tersebut berdiri sehingga dipilih posisi duduk atau bersandar yang dapat membantu menopang figur tersebut.
b)      Binatang
Figur hewan menjadi salah satu favorit objek yang sering kali muncul dalam gambar anak-anak. Bentuk figur hewan digambar dalam skema atau bagan yang menyerupai manusia. Kepala dan badan digambarkan oval dengan kaki-kakinya panjang. Pada mulanya, wajah binatang digambar serupa dengan wajah manusia.
Mengingat karakter sosok hewan dapat dikenali dari bentuk badannya, skema bentuk hewan yang digambar anak akan lebih menonjolkan kesan bentuk secara keseluruhan. Beberapa anak terlihat lebih tertarik mengamati badan hewan ketimbang badan manusia. Hal ini disebabkan anak lebih fokus memperhatikan gerak dari badan hewan ketimbang mengamati wajahnya. Biasanya, anak akan lebih fokus memperhatikan hal-hal yang menarik hatinya.
Pada umumnya, anak-anak dapat menggambarkan ciri-ciri dari hewan mamalia, burung, atau ikan dengan akurasi yang mengagumkan walau dalam ungkapan bentuk yang tergolong sederhana atau belum sempurna.



c)      Tumbuhan 
Dalam gambar spontan, kita sering menjumpai berbagai macam ungkapan bentuk pohon dan bunga yang sering kali digambarkan berikut figur manusia dan hewan. Jika dicermati, ada perkembangan yang tampak nyata dalam gambar skema pohon dan bunga.
Khususnya dalam gambar detail pohon, kita akan dapat lebih memahami bagaimana logika artistik anak. Kontur pohon digambar berupa cabang-cabang dahan, menyerupai balon, atau bentuk segitiga. Terkadang, anak    menggambar pohon lengkap dengan akar-akarnya karena anak mengetahui bahwa pohon memiliki akar walaupun tidak terlihat. Gambar anak tidak memperlihatkan apa yang ada di alam, tetapi lebih merupakan formulasi mental dan interpretasi (pemahaman dan pemaknaan) anak tentang alam menurut cara pandangnya.
Minat anak menggambar alam terus berkembang sejalan dengan bertambahnya usia anak. Sementara itu, gambar objek manusia cenderung menurun, sedangkan minat terhadap objek gedung terlihat terus meningkat.
Anak-anak biasanya menggambar bunga dengan berbagai variasi bentuk atau skema yang unik dan ekspresif. Studi intensif mengenai ciri gambar bunga yang dibuat anak menunjukkan bahwa ada tiga jenis karakter skema bunga seperti berikut.
(1)   Skema kancing: bunga digambar berupa lingkar kecil dan garis vertikal pendek di bawahnya.
(2)   Skema daisy: bunga digambar menyerupai bentuk bunga daisy yang berbentuk lingkaran besar dengan garis lengkung mengelilinginya dan garis vertikal pendek di bawahnya.
(3)   Skema tulip: bunga digambar menyerupai bentuk bunga tulip berbentuk bulan sabit.
Pada mulanya, anak akan memilih skema bentuk bunga yang paling sederhana, selanjutnya ia akan mulai menambahkan detail bentuk dan variasi-variasinya. Perkembangan skema bentuk juga terjadi pada gambar batang pohon atau bunga. Pada mulanya, batang digambar berupa garis vertikal tunggal, lalu menjadi garis ganda atau berupa garis lengkung. Skema bentuk yang lebih kompleks atau detail akan menampilkan batang bunga atau pohon lengkap dengan beberapa daun atau dahannya.
d)      Benda buatan manusia
Banyak benda buatan manusia menarik perhatian anak dan menjadi subjek dari karya gambarnya. Beberapa bentuk sangat mengesankan anak-anak, seperti rumah, mobil, pesawat, jembatan, hotel, dan sebagainya, karena tampak demikian akrab dan penting, selebihnya sekadar pelengkap.
(1)   Rumah dan tata ruang dalam
Sepanjang masa, rumah menjadi ungkapan visual yang bersifat universal dalam gambar anak. Kecintaan anak pada subjek ini menunjukkan bahwa rumah adalah simbol dari keamanan yang berkaitan dengan kehidupan keluarga. Representasi skema bentuk rumah umumnya menampilkan satu atau tiga sisi rumah dengan atap atas berbentuk segitiga. Bagian terpenting dari rumah adalah pintu dan jendela. Pintu jarang dilupakan, anak biasanya akan menambahkan gagang pintu. Jendela digambar berupa segi empat yang menempel di dinding rumah. Terkadang jendela digambar dengan tirai.
Anak-anak umumnya jarang menampilkan tata ruang dalam (interior) karena ia akan menghadapi problematik visualisasi ruang. Beberapa anak yang lebih tua usianya menemukan solusinya dengan menggambarkan interior secara perspektif burung atau seperti menggambar denah rumah.
(2)   Transportasi
Pada umumnya, anak-anak khususnya anak laki-laki senang menggambar berbagai sarana transportasi, seperti gerobak, kereta api, kapal, mobil, pesawat terbang, dan pesawat ruang angkasa. Kereta api menjadi daya tarik utama bagi anak-anak, bahkan ada anak yang mengkhususkan diri hanya menggambar kereta api. Pada masa prabagan, anak-anak menggambar kereta api biasanya berupa kotak berjajar yang merepresentasikan gerbong kereta dengan roda dan cerobong asap pada gerbong terdepan. Pesawat ruang angkasa, roket, dan satelit juga menjadi subjek gambar yang populer di lingkungan anak-anak walau mereka hanya mengetahuinya melalui gambar atau foto.[20]
3.      Metode Pembinaan Seni Rupa di SD/MI
Beberapa metode pembinaan yang dapat guru kembangkan sebagai berikut.
a.       Metode Pembinaan Ekspresi
Pembinaan ekspresi merupakan pembinaan proses pengungkapan perasaan, termasuk ungkapan jiwa. Lowenfeld mengatakan bahwa self espression dalam arti yang tepat adalah suatu pernyataan tentang isi jiwa (pikiran, perasaan, dan kehendak) dengan cara-cara sendiri. Self expression sangat perlu bagi perkembangan pribadi yang harmonis. Dengan demikian, ekspresi itu bukan ditentukan oleh apa yang dinyatakan, tetapi oleh bagaimana itu dinyatakan.
Melalui self expression atau ekspresi diri, diharapkan terbinanya ekspresi sejati yang tumbuh dari intuisi anak sebagai peserta didik, bukan atas pengaruh orang lain. Lebih lanjut, self expression memberi kesempatan anak lebih leluasa mengungkapkan pengalaman-pengalaman batin yang selama ini masih mengendap. Untuk penyaluran perasaan, perlu dipilih metode yang tepat dan dapat memberi kepuasan dalam mengungkapkan atau mencurahkan perasaan. Pembinaan ekspresi dapat dilakukan melalui dua hal berikut.
1)      Memberikan stimulus atau rangsangan kepada anak untuk mengaktifkan pengungkapan perasaan atau jiwanya dengan cara sebagai berikut.
a)      Pendekatan langsung pada alam dan peristiwa-peristiwa di luar kelas, misalnya mengenal proporsi, mengamati cahaya dan bayangan, serta mengenali bentuk trimatra yang ada di alam dan pengalaman sensori lainnya (mengenal macam-macam aroma, macam-macam tekstur alam, atau manufaktur).
b)      Pembangkitan minat berdasarkan berbagai pengalaman anak, misalnya melalui pengalaman bermain dengan balok konstruksi sesuai fantasi dan imajinasi anak atau pengalaman.
2)      Melatih keberanian, spontanitas, dan keterampilan menggunakan bermacam-macam media sebagai sarana mengekspresikan perasaan atau jiwa dengan cara berikut.
a)      Eksplorasi
Kegiatan menjelajah, mencoba-coba dan memanipulasi ide-ide atau material. Pada proses eksplorasi material-material seni, anak-anak menemukan beragam teknik dengan menggunakan alat-alat tertentu dan seringkali mereka mengembangkan keterampilan lainnya. Misalnya ketika anak diberi bermacam-macam tipe kertas, anak-anak akan mencoba merobek, memotong, menggulung, melipat, menganyam, atau meremas. Melalui kegiatan tersebut, anak akan mengenali bahwa beberapa tipe kertas tertentu lebih mudah merespon untuk diremas dibandingkan tipe lainnya.



b)      Eksperimen
Kegiatan menemukan hal-hal baru yang didapat dalam proses mencoba berbagai media. Misalnya, ketika anak bermain dengan plastisin dan adonan tepung, ia akan mengenali bahwa karakter kedua media tersebut berbeda sehingga perlakuan teknisnya pun harus dibedakan untuk memperoleh hasil yang maksimal.[21]
b.      Metode Pembinaan Kreativitas
Kreativitas bisa diartikan dengan kemampuan mencipta, menanggapi persoalan, mudah menyesuaikan diri dalam setiap situasi, memiliki ciri kepribadian, serta memiliki kemampuan berpikir secara menyeluruh. Pembinaan ekspresi dapat menunjang pembinaan kreativitas. Dengan demikian, dalam mengolah pengalaman, jiwa tersebut terlibat keaslian (orisinalitas, kepribadian) dan kemampuan menanggapi persoalan.
Kreativitas erat hubungannya dengan fantasi atau daya khayal. Daya khayal ini diperlukan dalam setiap penciptaan karya seni. Oleh karena itu, daya khayal anak harus diaktifkan melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Anak-anak perlu diberikan kebebasan dalam mengubah bentuk-bentuk benda yang ditanggapinya menurut kemampuan dan seleranya masing-masing. Misalnya, anak-anak ditugaskan untuk mencari berbagai kemungkinan bentuk trimatra dari plastisin dengan mengubah bentuk-bentuk geometris, seperti segitiga, bola, balok, empat persegi panjang, dan sebagainya, menjadi bermacam-macam bentuk lainnya yang diperoleh dari proses pengolahan tekstur dan modifikasi bentuk.[22]
c.       Metode Pembinaan Sensitivitas
Sensitivitas berarti kepekaan menerima stimulus atau rangsangan dari luar yang diserap melalui pancaindra. Tingkat kepekaan tiap-tiap anak berbeda-beda. Ada anak yang kepekaannya tajam dan ada pula yang tumpul. Pendidikan seni rupa mengembangkan kepekaan anak-anak. Melalui pendidikan seni rupa ini, diharapkan anak dapat menangkap rangsangan serta cepat mengolahnya menjadi beberapa hasil seni yang bermanfaat. Anak yang memiliki pengalaman sensori yang luas akan tampak lebih percaya diri dan sensitif. Melalui latihan yang berulang kali dan konstan, anak membangun konsep tentang dirinya dan lingkungannya serta menyadari makna hubungan antarkonsep seni.
Pada saat anak-anak mulai dapat mengasimilasi dan mengenal perbedaan-perbedaan, mereka akan menambahkan detail lebih banyak pada kreasi seni mereka. Perkembangan progresif alami pada persepsi visual ini dapat diperkaya dengan stimulasi sensori/indriawi dan dengan latihan perbaikan keterampilan mengamati.
Cara membina sensitivitas dapat ditempuh melalui hal berikut.
1)      Latihan melihat/mengamati sesuatu, misalnya mengamati macam bentuk, warna, dan tekstur dengan susunan yang berbeda, kemudian diserap oleh anak-anak sehingga menimbulkan berbagai tanggapan dan perasaan. Hal ini dapat menjadi latihan pengamatan. Daya tangkap pengamatan yang kuat berarti memperoleh respons yang sempurna dan lengkap dengan kualitas yang baik.
2)      Latihan merespons pengalaman sensori. Misalnya, mengenali karakter macam-macam tekstur dengan meraba permukaan suatu benda. Sensasi yang ditimbulkan akibat rabaan tersebut akan membangkitkan berbagai tanggapan atau kesan.
3)      Mempelajari atau menganalisis susunan suatu benda atau karya seni.
Dalam mempelajari susunan/konstruksi suatu benda dapat digabungkan dengan mengamati susunan benda. Misalnya, anak-anak diajak untuk mengamati susunan benda (objek), kemudian diteruskan dengan menganalisis kondisi dan karakter objek, selanjutnya dicoba mengungkapkan hasil pengamatan itu (tanggapan terhadap objek). Proses pengamatan terhadap objek dapat dilakukan melalui gambar atau langsung menghadapi objek tersebut.[23]
d.      Metode Pembinaan Keterampilan
Pendidikan seni rupa tidak dapat dikatakan berhasil jika tidak didampingi keterampilan. Keterampilan di sini meliputi segala macam teknik penggunaan serta pengenalan alat-alat atau media seni rupa. Walaupun hal ini sebenarnya bukan merupakan tujuan pokok pendidikan seni rupa, keterampilan ini penting dan sangat dibutuhkan.
Keterampilan menggunakan alat-alat dan media penting dan sangat dibutuhkan karena dapat mempermudah dan memperlancar anak-anak dalam mengungkapkan perasaan dan jiwanya. Oleh sebab itu, sebelum anak-anak diajak untuk berkarya, mereka haruslah diberikan latihan-latihan pengenalan alat dan media serta teknik penggunaannya. Dengan demikian, guru hendaknya terlebih dahulu harus menguasai macam-macam teknik penggunaan alat-alat dan media sehingga dapat mengajarkan anak dengan benar.
Derajat kesulitan pada latihan-latihan ini sebaiknya diberikan secara bertingkat menurut kelas dan kemampuan anak-anak. Dalam latihan-latihan ini, guru harus memberikan contoh terlebih dahulu agar dapat menggugah minat dan perhatian anak. Selanjutnya, anak dapat berkreasi sesuai dengan kesenangannya.[24]











[1]Drs. Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia : Dilengkapi dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Surabaya : Mitra Pelajar). Hal. 50.
[2]Drs. Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia…… Hal. 250.
[3]Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yoyakarta : Kanisius, 2010). Cet. 14. Hal. 67.
[4]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni, (Tangerang Selatan : Universitas Terbuka, 2014). Cet. 1. Hal. 9.5-9.6.
[5]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 9.14-9.15.
[6]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 9.16.
[7]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 9.16-9.17.
[8]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 9.63-9.65.
[9]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 9.66-9.67.
[10]Drs. Margono, M.Sn., et. al., Seni Rupa Dan Seni Teater, (Jakarta : PT. Grasindo, 2008). Hal. 27.
[11]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.29-10.30.
[12]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.31-10.32.
[13]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.34-10.35.
[14]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.36-10.37.
[15]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.37.
[16]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.38-10.39.
[17]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.41-10.42.
[18]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 4.12.
[19]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.6-10.7.
[20]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.8-10.16.
[21]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.16-10.19.
[22]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.19.
[23]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.19-10.20.
[24]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni…… Hal. 10.21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Wikipedia

Hasil penelusuran

Total Tayangan Halaman