Seni Rupa (Menggambar) |
A.
Definisi Aplikasi Kerangka Estetika Seni Rupa
Di dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, “Aplikasi” artinya penggunaan atau penerapan.[1]
Adapun arti “Kerangka” di dalam kamus yang sama artinya rancangan, gambar
rancangan atau garis besar.[2]
Estetika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan seni (art)
dan keindahan (beauty). Istilah estetika berasal dari kata Yunani aisthesis,
yang berarti pencerapan indrawi, pemahaman intelektual (intelectual
understanding), atau bisa juga berarti pengamatan spiritual.[3]
Adapun istilah seni rupa dalam pengertian luas dapat dipahami sebagai produk, kemahiran, atau sebagai kegiatan
mencipta atau kegiatan kreasi. Dalam pengertian terbatas, seni rupa (visual art) dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk ungkapan seni yang
mengekspresikan pengalaman hidup dan pengalaman estetis atau artistik manusia untuk
menghasilkan susunan atau struktur karya seni rupa yang dapat dilihat, diamati,
diraba, didengar, atau diapresiasi oleh publik atau penikmat seni.[4]
Jadi,
menurut simpulan penulis, definisi dari aplikasi kerangka estetika seni rupa yaitu
bagaimana menerapkan suatu rancangan seni rupa sehingga dapat memperoleh nilai
estetis (keindahan).
B.
Ragam Seni Rupa
Munculnya berbagai ragam atau jenis seni rupa dipengaruhi oleh
adanya sudut pandang yang berbeda dalam menggolongkan/mengklasifikasikan
seni rupa. Pengklasifikasian seni rupa yang umum dikenal adalah
menurut konsep seni rupa Barat (konsep seni rupa modern), yaitu penggolongan
berdasarkan aspek bentuk atau dimensi dan fungsi. Dari penggolongan
atau klasifikasi ini, dapat dipetakan jenis-jenis seni rupa yang termasuk
di dalamnya.
1.
Klasifikasi
Berdasarkan Bentuk dan Dimensi
Ditinjau dari aspek bentuk atau dimensi, karya seni rupa dapat
dibedakan menjadi karya seni rupa dua dimensi (dwimatra) dan tiga dimensi
(trimatra).
a.
Seni
Rupa Dua Dimensi (Dwimatra)
Karya seni rupa dua dimensi adalah
karya seni rupa yang hanya memiliki ukuran
panjang dan lebar, atau karya seni rupa yang hanya bisa dilihat
dari satu arah pandang. Contohnya seni lukis, seni
gambar, lukisan dinding (mural), ilustrasi,
fotografi, seni grafis, tekstil, poster, dan
berbagai desain grafis lainnya.
b.
Seni
Rupa Tiga Dimensi (Trimatra)
Karya seni rupa tiga dimensi adalah
karya seni rupa yang mempunyai tiga ukuran, yaitu panjang, lebar
dan tinggi, atau karya yang mempunyai volume dan
menempati suatu ruang. Contohnya seni patung, seni kriya, seni keramik,
arsitektur, dan berbagai desain produk (misalnya
desain perhiasan, desain mebel, desain
otomotif, dan lain-lain).
Unsur bentuk dan ruang pada karya seni rupa tiga dimensi terlihat
lebih
nyata atau konkret disbanding dengan karya seni rupa dua dimensi. Unsur bentuk
dan ruang pada karya seni rupa dua dimensi sering bersifat ilusif
atau semu.[5]
2.
Klasifikasi
Berdasarkan Fungsi
Ditinjau dari aspek fungsi, seni rupa dapat dikelompokkan
menjadi seni murni dan seni terapan.
a.
Seni
Murni
Seni murni (fine art) adalah
konsep penciptaan karya seni rupa yang berfungsi sebagai sarana untuk ekspresi
diri dalam mengekspresikan gagasan/ide, cita rasa estetis serta
perasaan/emosi. Seni murni adalah kegiatan
seni yang dilakukan sebagai ungkapan murni demi seni itu sendiri dan tidak
diabadikan untuk kepentingan di luar seni yang lain.
Bentuk karya seni murni berfungsi merefleksikan
berbagai nilai yang terkandung di dalamnya, dapat
berupa nilai artistik, nilai estetis, dan
nilai pengetahuan. Contoh karya seni murni adalah
seni lukis, seni patung, seni grafis, keramik, fotografi, dan seni
gambar.
b.
Seni
Terapan
Seni terapan atau seni pakai (applied art) adalah
konsep penciptaan karya seni rupa yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
praktis. Dalam pembuatan seni terapan atau seni pakai, faktor kegunaan dan
faktor keindahan atau artistik sangat diutamakan. Ditinjau dari aspek bentuk dan
fungsinya, karya seni terapan dapat dibedakan menjadi karya desain dan karya
kriya.[6]
1) Desain
Desain dalam konteks pengertian modern adalah
upaya manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari melalui metode
berpikir kritis yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang bersifat rasional
dan pragmatis. Desain selalu terkait dengan barbagai faktor penentu yang selalu
berubah dan bertambah seiring dengan perkembangan kebutuhan, daya pikir,
teknologi, tingkat pendidikan, budaya, dan kebiasaan-kebiasaan sosial. Contoh
karya atau produk desain adalah desain grafis, desain mebel, desain perhiasan,
desain mode, desain tekstil, desain interior, desain eksterior, desain
otomotif, dan sebagainya.
2) Seni Kriya
Seni kriya dipahami sebagai upaya manusia
dalam mencipta karya atau produk untuk tujuan fungsional dan bernilai dekoratif
atau kualitas artistik yang dalam perwujudannya didukung oleh kepandaian kriya
yang tinggi. Contohnya adalah kriya bambu, kriya kayu, kriya logam, kriya
rotan, kriya serat, kriya tekstil, dan sebagainya. Dalam hal ini, karya/produk kriya
dibedakan jenisnya menurut jenis bahan atau material yang digunakan. Namun,
seni kriya, dapat pula dibedakan menurut jenis tekniknya, seperti kriya anyam,
kriya tenun, kriya ukir, kriya pahat, kriya batik, dan sebagainya.[7]
C. Keterampilan Seni Rupa
1. Keterampilan Berkarya Dwimatra
a. Alat Gambar
Alat yang biasa digunakan dalam
menggambar sangat beragam. Alat yang lazim dipakai dalam menulis biasanya dapat
pula dipergunakan untuk menggambar. Ada beberapa alat gambar konvensional yang
lazim dipergunakan dalam menggambar, antara lain berikut ini.
1) Pensil
Jenis pensil terdiri atas jenis H
(keras) dan B (lunak). Jenis IH, 2H, 3H, 4H, 5H, dan 6H banyak dipakai oleh
arsitektur. Untuk menggambar bentuk atau ekspresi, lebih tepat digunakan pensil
B, yaitu IB, 2B, 3B, 4B, 5B, dan 6B. Semakin tinggi nomornya, semakin tinggi
kekerasan atau kelunakannya. Hasil goresan tergantung pada keruncingan ujung
pensilnya.
2) Kuas
Pemulas untuk cat pewarna disebut
kuas. Ujung kuas berbentuk pipih disebut jenis kuas persegi, sedangkan yang
ujungnya runcing atau bundar disebut jenis kuas pensil. Kuas mempunyai ukuran
dan tertulis pada ujungnya dengan angka. Untuk cat air, bulu kuas pada umumnya
menggunakan bahan bulu kelinci, sedangkan cat minyak menggunakan bulu kuda dan
binatang sejenis.
Dalam menggambar, ujung kuas yang
bervariasi bentuknya memiliki kegunaan yang berlainan karena menentukan jejak
sapuan cat yang berlainan bentuk dan karakternya. Kuas ini perlu dipelihara.
Janganlah menggunakan air panas untuk mencuci kuas cat air sebab kuas akan
rusak, terutama bagian perekatnya. Untuk jenis kuas cat minyak, gunakanlah
minyak tanah, bensin, atau tiner sebagai pembersihnya.
3) Konte
Konte umumnya berwarna hitam,
bahannya adalah arang halus, dan sering digunakan untuk melukis foto hitam
putih. Bentuk konte ada yang persis seperti potlot dan ada pula yang berupa
serbuk. Sifat konte seperti daya rekat kapur. Maka itu, lukisan dari bahan ini
harus menggunakan pelindung berupa bingkai berkaca atau di- fixeer. Karakter
alat gambar ini perlu dikenali dan dipilih teknik untuk melindungi hasilnya.
4) Rapido
Untuk menggambar di kertas kalkir
dengan ketepatan dan kecermatan yang tinggi, dapat pula digunakan kertas gambar
dengan permukaan halus. Mata rapido umumnya dimulai dari 0,1; 0,2; 0,3; 0,4
hingga 0,8.
5) Spidol
Spidol untuk menggambar dapat
dibedakan bentuknya dalam dua jenis, yaitu spidol dengan ujung meruncing/lancip
dan spidol dengan ujung rata/persegi dalam berbagai ukuran. Spidol tersedia
dalam berbagai warna. Jenis tintanya ada yang terbuat dari air dan ada yang
berupa campuran alkohol. Spidol yang berbahan dasar tinta dari air dapat
digunakan untuk menulis di white board dan mudah dihapus. Sementara itu,
yang berbahan tinta dari alkohol bersifat permanen dan umumnya digunakan pada
karton atau benda-benda dengan permukaan tebal.
6) Pena
Pena adalah alat untuk menggambar
dengan efek visual lebih ekspresif yang diungkapkan melalui kualitas tebal-tipis
tarikan dan goresan garis yang spontan dan bebas. Pena sering dipergunakan
dalam menulis indah atau kaligrafi dan membuat sketsa.[8]
b. Pengenalan Teknik Berkarya Dwimatra
Ada beragam jenis teknik
dipergunakan dalam membuat karya seni dwimatra sesuai jenis karya dan bahan
serta alat yang dipergunakan. Bidang datar yang memiliki ukuran panjang dan
lebar dapat dibuat karya seni yang dinikmatinya dari satu arah saja. Sebagai
pengenalan berikut ini, dijelaskan beberapa teknik penggarapannya.
1)
Teknik pulas: salah satu teknik
melukis atau menggambar dengan memulas cat pada bidang gambar yang menggunakan
kuas.
2)
Teknik semprot: salah satu teknik
membuat gambar dengan menyemprotkan cat pada bidang gambar dan menggunakan alat
pompa khusus (spray-gun) yang dapat diatur lubang semprotnya.
3)
Teknik mozaik: jenis teknik lukis
dengan menempelkan kepingan, potongan, atau pecahan kaca. Keramik tersebut
disusun menjadi pola gambar tertentu.
4)
Teknik kolase: menempel
materi-materi lain (potongan perca, kertas, atau materi lain), selain cat pada
permukaan suatu bentuk yang telah terlebih dahulu digambari permukaannya.
5)
Teknik inlai: membuat motif hias
dengan cara menyisipkan suatu materi ke dalam benda lain. Hal ini dapat berupa
materi yang berlainan warna atau berlainan bahan.
6)
Teknik patri: menggunakan sorder
dengan timah hitam untuk mengapit dan merangkaikan potongan-potongan kaca hias
menjadi hiasan yang artistik.
7)
Teknik ukir: proses membuang
bagian-bagian yang tidak diperlukan pada sebuah benda dengan alat ukir/pahat
hingga terbentuk suatu motif hias.
8)
Teknik gores: menorehkan benda
runcing pada permukaan benda lain hingga membentuk sebuah gambar. Jejak goresan
yang dihasilkan umumnya berupa garis.
9)
Teknik cetak tinggi: salah satu
teknik cetak yang menggunakan media acuan kayu atau lino. Media tersebut
dicukil dengan alat cukil khusus. Permukaan cetakan diberi tinta dengan rol,
lalu dicetak ke atas kertas.
10)
Teknik cetak dalam: salah satu
teknik cetak yang menggunakan pelat metal sebagai acuan cetak yang ditoreh
langsung dengan jarum etsa (scraper) dan melalui proses pengasaman
sehingga pelat terkikis oleh cairan asam.
11)
Teknik cetak saring: teknik cetak
dengan media kain screen yang berupa jaring yang sangat halus dan
fleksibel.
12)
Teknik celup: salah satu teknik
mewarnai kain dengan cara merendam dalam cairan pewarna.
13)
Teknik sulam: merajut benang pada
bahan tertentu dengan alat jarum yang dikerjakan secara manual hingga membentuk
hiasan.
Penamaan jenis karya seni rupa
tersebut sesungguhnya disesuaikan dengan teknik yang digunakan. Jenis teknik
terus berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan kegiatan eksplorasi
bahan yang digunakan untuk membuat sebuah karya seni rupa.
Di sekolah-sekolah, umumnya
kegiatan praktik berkarya tidak terlalu bervariasi dan berkembang karena
keterbatasan sarana (peralatan), alokasi waktu, dan ruang kerja untuk praktik.
Penting diperhatikan bahwa pemilihan jenis teknik berkarya perlu disesuaikan
dengan perkembangan kemampuan motorik anak pada jenjang usia tertentu.[9]
2.
Keterampilan Berkarya Trimatra
Berbeda
dengan karya seni dua dimensi yang hanya memiliki sisi panjang dan lebar, karya
seni tiga dimensi bersifat volumetris dan memiliki ruang. Pemanfaatan volume,
warna, tekstur, dan nada gelap terang secara baik dapat mendukung tampilan
karya yang dapat dinikmati dari berbagai sudut pandang.
Bahan tanah
liat, kayu, batu, atau besi dapat dijadikan benda hias ini. Teknik pembuatannya
dapat dilakukan dengan cara dipahat, dibentuk, dicor, atau dilas. Peralatan
yang diperlukan tentu saja disesuaikan dengan bahan dan teknik yang dipakai.
Bentuk karya terapan tiga dimensi, misalnya patung hias, cindera mata, vas
bunga, guci, kap lampu dan lain sebagainya.[10]
D. Aplikasi serta Proses Kreasi Karya Seni Rupa Di SD/MI
1. Proses Kreasi Karya Seni Rupa Dwimatra
a. Menggambar Ekspresi
Menggambar ekspresi atau biasa
yang disebut gambar bebas adalah media ekspresi seni rupa dwimatra yang paling
ekspresif dan yang dapat secara langsung digunakan untuk mengungkapkan gagasan
serta ide dari dalam diri seorang anak secara bebas. Dalam aktivitas kreatif
yang lebih mengutamakan self expression ini, yang dipentingkan adalah
“bagaimana” anak mengekspresikan atau menuangkan gagasan dan perasaannya, bukan
sekadar “apa” yang digambar anak. Unsur visual yang paling menonjol adalah
kualitas goresan, tarikan garis, atau sapuan kuas dan kualitas warna.
Gambar ekspresi dengan krayon dan
cat air
1) Proses kreasi
a) Proses diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan imajinasi dan
minat anak. Proses ini tidak harus berupa pengalaman mengamati yang dilakukan
oleh anak, tetapi guru dapat memilih tema atau topik yang menarik minat anak
atau meminta anak membayangkan pengalaman yang paling berkesan baginya.
b) Proses merasakan atau menghayati dapat dibantu dengan alat peraga mainan,
buku cerita bergambar, atau media lain yang digemari anak-anak.
c) Proses berpikir akan membantu anak lebih fokus dan membangkitkan daya
imajinasi/fantasi anak sehingga mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d) Proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai media gambar cat air
dan krayon.
2) Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan
alat) berupa alat (kuas, palet, dan tisu) dan bahan (kertas gambar A4, krayon,
cat air, dan air).[11]
b. Lukis Jari atau Finger Painting
Melukis untuk anak-anak pada dasarnya sama dengan menggambar bebas atau
ekspresi, yakni media ekspresi seni rupa dwimatra. Dalam membuat lukisan dengan
jari-jari tangan, hal utama yang perlu diperhatikan adalah penggunaan cat yang
khusus. Dalam hal ini, orang tua atau guru dapat membeli cat jari atau membuatnya
sendiri dari bahan-bahan sederhana yang ekonomis harganya.
Seperti halnya menggambar ekspresi, karya lukis jari mengutamakan self
apression yang lebih mementingkan “bagaimana” anak mengekspresikan
atau menuangkan gagasan dan perasaannya, bukan sekadar “apa” yang dilukis anak.
Unsur visual yang paling menonjol adalah kualitas goresan, tarikan garis, atau
sapuan tangan dan permainan warna. Media ini memberi pengalaman
sensasi rabaan yang mengasyikkan dan memberi kejutan yang inspiratif.
1) Proses kreasi
a)
Proses diawali dengan memberi
stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak akan materi baru
yang akan dipelajarinya melalui contoh karya finger paint.
b)
Proses merasakan atau menghayati
dapat dicapai dengan memberi kertas gambar berukuran besar A-l agar anak puas
mengeksplorasi bermacam-macam gerak jari-jari tangan dan membuat beragam
coretan atau sapuan tangan.
c)
Proses berpikir akan membantu
anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga anak
mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d) Proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai media melukis
langsung dengan jari-jari tangan sebagai alat yang utama.
2) Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan
alat) berikut ini.
Alat : panci, pengocok telur, sendok, dan gelas plastik.
Bahan : adonan cat buatan sendiri untuk lukisan dengan jari:
1 cangkir tepung kanji atau tapioka
2 sendok makan garam
1 ½ cangkir air dingin
1 ¼ cangkir air panas
pewarna makanan atau cat poster.
Cara membuat adonan cat
a)
Masukkan tepung dan garam dalam
panci, tambahkan air dingin dan kocoklah dengan pengocok telur sampai tercampur
rata.
b)
Tambahkan air panas dan didihkan
sampai campuran mengental, kocok lagi hingga tercampur rata. Adonan siap
digunakan dan diberi warna.[12]
c. Melukis dengan Sedotan
Dalam membuat lukisan dengan
sedotan, hal utama yang perlu diperhatikan adalah penggunaan sedotan limun yang
cukup kuat, besar, dan tidak sobek. Dalam hal ini, orang tua maupun guru dapat
membeli sedotan di toko-toko dengan harga ekonomis.
Aktivitas kreatif ini sarat
dengan nuansa bermain yang mengutamakan ekspresi tiupan yang spontan dan tak
terduga. Kegiatan ini lebih mengutamakan “bagaimana” anak
mengekspresikan emosinya melalui semburan cat, bukan “apa” yang dilukiskan
anak. Unsur visual yang paling menonjol adalah efek semburan cat dan komposisi
warna cat serta teknik tiup. Media ekspresi ini memberi pengalaman visual dan
pengalaman bermain yang mengasyikkan dan memberi kejutan yang imajinatif.
1) Proses kreasi
a) Proses diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa
ingin tahu anak akan materi baru yang akan dipelajarinya melalui contoh karya
lukisan sedotan.
b)
Proses merasakan atau menghayati
dapat dicapai dengan memberi kertas gambar berukuran besar A-2 dan warna-warna
cat yang kontras agar anak puas mengeksplorasi bermacam-macam jenis tiupan,
baik tiupan lembut maupun tiupan kuat.
c)
Proses berpikir sejenak membantu
anak lebih fokus dan mampu membangkitkan daya imajinasi/fantasi sehingga anak
dapat merespons lebih tepat dan lancar.
d)
Proses berkarya akan melibatkan
kemampuan anak menguasai media (alat dan bahan) melukis dengan sedotan sesuai
perkembangan usianya.
2) Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan
alat) berikut.
Alat : sedotan limun, kuas cat, palet, dan gelas plastik.
Bahan : cat air, cat poster, atau pewarna kue dan kertas gambar A-3.[13]
d. Mencetak
Prinsip dari mencetak adalah memindahkan gambar ke atas kertas atau bahan
lain dengan menggunakan acuan cetak yang terbuat dari berbagai jenis bahan,
misalnya mencetak dengan anggota tubuh, mencetak dengan bahan alam, dan
mencetak dengan benda-benda temuan.
Dalam aktivitas kreatif yang lebih mengutamakan kepekaan estetis dan
keterampilan motorik, yang lebih dipentingkan adalah “bagaimana” anak
mengekspresikan atau menuangkan penataan yang artistik secara instingtif, bukan
sekadar “apa” yang dicetak anak. Unsur visual yang paling menonjol adalah
keserasian dan keindahan penataan bentuk dan warna serta keterampilan teknik
cetak.[14]
e. Mencetak Gambar dengan Jari-jari Tangan
1)
Proses kreasi
a)
Proses diawali dengan memberi
stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak terhadap materi
baru yang akan dipelajarinya melalui contoh karya cetak yang dibuat dengan
jari- jari tangan.
b)
Proses merasakan atau menghayati
dapat dicapai dengan memberi kertas gambar berukuran besar A-3 agar anak puas
mengeksplorasi bermacam-macam cap jari-jari tangan.
c)
Proses berpikir akan membantu
anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga anak
mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d)
Proses berkarya akan melibatkan
kemampuan anak menguasai beragam media cetak (bahan dan alat) sesuai tingkat
perkembangan usianya.
2)
Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan
alat) seperti berikut.
Alat : kuas cat, palet, gelas plastik.
Bahan : cat air atau cat
poster atau pewarna kue dan kertas gambar A[15]
f.
Mencetak Gambar dengan Bahan Alam
1) Proses kreasi
a) Proses diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa
ingin tahu anak terhadap materi baru yang akan dipelajarinya melalui contoh
karya mencetak dengan bahan alam.
b) Proses merasakan atau menghayati dapat dicapai dengan memberi kertas gambar
berukuran besar A-3 agar anak puas mengeksplorasi bermacam-macam gerak
jari-jari tangan dan membuat beragam coretan atau sapuan tangan.
c) Proses berpikir akan membantu anak lebih fokus dan membangkitkan daya
imajinasi/fantasi anak sehingga anak mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d) Proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai beragam media
cetak (bahan dan alat) sesuai tingkat perkembangan usianya.
2) Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan alat) seperti berikut.
a) Alat: kuas cat, palet, dan gelas plastik.
b) Bahan: cat air atau cat poster atau pewarna kue, dan kertas Gambar A-3.
c)
Bahan untuk acuan cetak: berbagai
bahan-bahan alam seperti, daun, belimbing, jeruk, pelepah pisang, ranting
kering, berbagai jenis kerang.[16]
2.
Proses Kreasi Karya Seni Rupa
Trimatra
Pengertian merakit adalah menyusun dan menggabungkan bagian-bagian
atau komponen terpisah sehingga menghasilkan wujud tertentu dengan struktur
bentuk yang utuh. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah kecermatan
merakit, keseimbangan, dan keharmonisan bentuk. Proses merakit dikerjakan dengan
cara merekat, mengikat, atau menusuk.
Aktivitas kreatif ini mengutamakan kepekaan estetis dan keterampilan
motorik. Dalam prosesnya, yang lebih dipentingkan di sini adalah “bagaimana”
anak mengekspresikan atau menuangkan penataan yang artistik secara instingtif,
bukan sekadar “apa” yang dirakit anak. Unsur visual yang paling menonjol adalah
keindahan penataan bentuk dan warna serta keterampilan teknik merakit.
1) Proses kreasi
a)
Proses diawali dengan memberi
stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak terhadap materi
baru yang akan dipelajarinya melalui contoh karya merakit dengan stik ice
cream atau stik konstruksi.
b)
Proses merasakan atau menghayati
dapat dicapai dengan memberi stik ice cream yang berjumlah cukup besar
dan berwarna agar anak puas mengeksplorasi bermacam-macam jenis konstruksi.
c)
Proses berpikir akan membantu
anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga anak
mampu merespons lebih tepat dan lancar.
d)
Proses berkarya akan melibatkan
kemampuan anak menguasai beragam media merakit (bahan dan alat) sesuai tingkat
perkembangan usianya.
2)
Prosedur pembuatan karya
Mempersiapkan material (bahan dan
alat) berikut.
Alat dan bahan : stik ice cream
atau stik permainan dalam aneka warna atau warna natural dan lem putih.[17]
E.
Kemampuan Dasar Estetis Seni Rupa
Anak Usia SD/MI
Suatu karya seni rupa dikatakan indah jika unsur-unsurnya terpadu, selaras dan harmonis. Wujud karya
seni rupa tersebut mampu menggugah dan membangkitkan perasaan tertentu dalam
diri penikmatnya. Rasa indah muncul dari pengamatan inderawi yang menyentuh
perasaan seseorang sehingga menumbuhkan kesenangan, keasyikan dan keharuan yang
mendalam.
Perkembangan keindahan dalam diri seorang anak dimulai dari yang bersifat egosentris subjetif, lalu
berkembang ke arah yang lebih objektif. Mula-mula anak berpendapat bahwa hasil
karyanya indah, tidak peduli menurut orang lain indah atau tidak. Lambat laun,
sejalan berkembangnya usia anak, ia mulai menyadari bahwa karya orang lain bisa
lebih baik.
Sebagai seorang guru, kita perlu memahami bahwa keindahan yang mendalam dapat dirasakan seorang anak
melalui pengalaman dan latihan. Perkembangan fungsi indrawi, fisik dan mental
yang wajar akan menunjang pertumbuhan kepekaan estetis dan artistik seorang
anak. Penting dipahami bahawa kepekaan rasa keindahan dalam diri seorang anak
masih bersifat bawah sadar. Anak merespon keindahan secara spontan dan
subjektif didorong oleh perasaannya sendiri sehingga ukuran keindahan bagi seorang
anak tidaklah sama dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dalam menilai karya
seni seorang anak, guru perlu memperhatikan kesesuaian tahap perkembangan
estetis anak dengan usianya.[18]
F. Pengembangan Seni Rupa di SD/MI
1. Jenis Kegiatan Seni Rupa di SD/MI
Kegiatan seni rupa di SD/MI pada dasarnya bersifat fleksibel dan terfokus
pada pengalaman personal. Oleh sebab itu, setiap anak dapat mengembangkan
kemampuan seninya dengan caranya sendiri. Ekspresi seni anak bersifat kontinu
dan merupakan interpretasi spontan dari apa yang dirasakan, dipikirkan,
dilakukan, dan dilihatnya. Gagasan kreatif anak dirangsang oleh pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, seperti dengan hewan peliharaan atau
bersumber dari pengalaman anak menonton sirkus, kegiatan liburan, atau dongeng
yang diceritakan oleh guru.
Kegiatan seni rupa yang fleksibel memberi kesempatan pada anak untuk
merekam pengalamannya yang sesuai minatnya. Anak-anak biasanya akan
berubah-ubah minatnya. Jika guru menemukan anak yang tidak berubah minatnya,
guru harus dapat membujuk anak agar mau mencoba yang lain, tanpa kehilangan
rasa percaya diri. Rasa percaya diri adalah faktor utama dalam mencapai
kesenangan dan kesuksesan dalam pengalaman seni anak. Kebahagiaan anak menjadi
sempurna jika guru, teman-teman, dan keluarga dapat mengapresiasi karyanya.
Material seni yang lunak dan mudah digunakan menjadi pilihan untuk
dimanfaatkan dalam pembelajaran seni rupa di SD/MI. Material tersebut ada yang
siap pakai dan tersedia di toko-toko, tetapi ada pula yang dapat dibuat sendiri
oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitar.
Berikut ini adalah ragam program
seni rupa dan kerajinan tangan yang dapat dilakukan di SD/MI beserta
materialnya.
a. Menggambar meliputi menggambar dengan krayon di atas kertas atau ampelas,
menggambar dengan pensil hitam atau warna, serta menggambar krayon dikombinasi
dengan cat air.
b. Melukis meliputi melukis dengan jari tangan, melukis dengan cat air,
melukis dengan cat akrilik, atau melukis dengan sedotan.
c. Mencetak meliputi mencetak dengan bahan alam, mencetak dengan balok mainan,
mencetak, lipat, atau mencetak bayangan.
d.
Kolase meliputi kolase bahan
alam, bungkus permen, kain perca, dan bungkus kado.
e. Membentuk dengan bahan lunak meliputi membentuk dengan tanah liat,
plastisin, dan adonan tepung.
f.
Membangun konstruksi dengan
bahan-bahan bekas atau stik ice cream.
g. Mematung dengan bahan kertas koran.
h.
Kerajinan tangan meliputi
origami, lipat dan ikat-celup, anyam kertas, topeng kertas, dan mozaik kertas.[19]
2. Pemilihan Tema
Dalam berkarya seni rupa, tema yang disenangi anak-anak SD/MI biasanya
bersumber dari realitas dunia anak, misalnya anggota keluarga, lingkungan
bermain, alat permainan, hewan peliharaan atau kesayangan, dongeng yang
diceritakan guru, sirkus, kebun binatang, kolam renang, taman bermain dan lain
sebagainya.
Sesuai dengan karakter anak yang
dinamis dan minatnya mudah berubah-ubah, pilihan temanya pun akan bervariasi
sehingga terkadang kita jumpai di kertas gambar terlihat banyak gambar yang
tidak terkait satu dengan yang lainnya. Dengan bertambahnya usia anak, secara
bertahap anak dapat lebih fokus pada tema tertentu dan komposisi gambar jadi
lebih teratur dan karya modeling yang dihasilkan jadi lebih jelas karakteristik
bentuknya.
Suatu pengkajian terhadap gambar anak menunjukkan hasil bahwa gambar anak
dapat diklasifikasi dalam empat kategori berikut.
a.
Gambar spontan, yakni gambar yang
dibuat atas inisiatif anak sendiri sebagai suatu kegiatan bermain.
b.
Gambar bebas atau sukarela, yakni
gambar yang dibuat atas permintaan guru, orang tua, atau teman, tetapi tema dan
objek gambar dipilih sendiri oleh anak.
c.
Gambar terarah, yakni gambar yang
tema/topiknya sudah ditentukan.
d.
Menyalin gambar atau melengkapi
gambar, yakni gambar yang telah disiapkan contohnya dalam format lembar kerja
siswa.
Dari keempat kategori tersebut, jenis gambar spontan merupakan jenis gambar
yang dinilai paling sesuai dengan kebutuhan anak. Guru juga perlu memperhatikan
bahwa gambar bebas tidaklah sama dengan gambar spontan. Meskipun topik ditentukan
sendiri oleh anak, gambar bebas dibuat atas inisiatif orang dewasa dan jenis
material tertentu yang akan digunakan juga telah disediakan.
a.
Subjek Karya Seni Rupa Anak SD/MI
Pengkajian terhadap isi dari gambar anak menunjukkan bahwa kebanyakan anak senang
menggambar subjek manusia, hewan, dan tumbuhan. Dalam suatu studi yang panjang,
diperoleh data bahwa urutan subjek yang paling digemari anak adalah (1)
manusia, (2) rumah dan kereta api, (3) pesawat terbang dan kereta dorong, (4)
kapal laut, (5) kendaraan, serta (6) binatang dan tumbuhan. Hal ini tentu saja
tidak berlaku secara universal karena banyak faktor yang memengaruhi gambar
anak, termasuk unsur budaya dan sosial. Namun, setidaknya hal ini dapat
digunakan sebagai landasan guru memahami minat dan kesenangan anak.
b.
Perkembangan Representasi Objek
Tunggal dalam Karya Seni Rupa Anak SD/MI
Representasi (ungkapan visual) objek tunggal dalam karya seni rupa anak
menjadi fenomena (kecenderungan) yang umum terjadi karena kemampuan dan pemahaman
konseptual anak tentang dunia sekitarnya masih terbatas. Koordinasi tangan
dengan pengamatannya belum sempurna. Berikut ini Anda akan mempelajari ragam
representasi karya gambar dan modeling menurut kemampuan anak sebagai berikut.
1) Makhluk hidup
Anak-anak menaruh perhatian besar
terhadap makhluk hidup yang ada dalam kehidupannya yang meliputi manusia,
hewan, dan tumbuhan. Makhluk hidup menjadi lingkungan terdekat anak dan menjadi
bagian dari kehidupannya.
a) Manusia
Karakteristik manusia pada gambar anak pada mulanya ditampilkan dalam
bentuk prabagan sederhana yang berupa bentuk bundar atau oval lengkap dengan
mata, hidung, mulut, dan telinga. Tangan dan kaki digambar berupa garis yang
melekat pada badan yang berfungsi sekaligus sebagai kepala figur manusia.
Gambar semacam ini disebut head-man (manusia-kepala). Karakter ini
kemudian berubah menjadi bentuk bagan atau skematik yang matang, yaitu kepala
manusia digambar dalam ukuran kecil dengan kaki panjang yang dikenal dengan
sebutan leg man.
Figur manusia dalam karya modeling direpresentasikan dalam rupa pilinan
tanah silinder kecil yang berubah jadi lebih besar ketika diletakkan dalam
posisi berdiri. Setelah itu, figur diberi detail bentuk berupa pilinan panjang
menyerupai tangan yang diletakkan menyilang dan bagian badan dibuat pipih.
Problem teknik dihadapi anak ketika ia akan membuat posisi figur tersebut
berdiri sehingga dipilih posisi duduk atau bersandar yang dapat membantu
menopang figur tersebut.
b) Binatang
Figur hewan menjadi salah satu favorit objek yang sering kali muncul dalam
gambar anak-anak. Bentuk figur hewan digambar dalam skema atau bagan yang
menyerupai manusia. Kepala dan badan digambarkan oval dengan kaki-kakinya
panjang. Pada mulanya, wajah binatang digambar serupa dengan wajah manusia.
Mengingat karakter sosok hewan dapat dikenali dari bentuk badannya, skema
bentuk hewan yang digambar anak akan lebih menonjolkan kesan bentuk secara
keseluruhan. Beberapa anak terlihat lebih tertarik mengamati badan hewan
ketimbang badan manusia. Hal ini disebabkan anak lebih fokus memperhatikan
gerak dari badan hewan ketimbang mengamati wajahnya. Biasanya, anak akan lebih
fokus memperhatikan hal-hal yang menarik hatinya.
Pada umumnya, anak-anak dapat menggambarkan ciri-ciri dari hewan mamalia,
burung, atau ikan dengan akurasi yang mengagumkan walau dalam ungkapan bentuk
yang tergolong sederhana atau belum sempurna.
c) Tumbuhan
Dalam gambar spontan, kita sering menjumpai berbagai macam ungkapan bentuk
pohon dan bunga yang sering kali digambarkan berikut figur manusia dan hewan.
Jika dicermati, ada perkembangan yang tampak nyata dalam gambar skema
pohon dan bunga.
Khususnya dalam gambar detail pohon, kita akan dapat lebih memahami bagaimana logika
artistik anak. Kontur pohon digambar berupa cabang-cabang dahan, menyerupai
balon, atau bentuk segitiga. Terkadang, anak menggambar pohon
lengkap dengan akar-akarnya karena anak mengetahui bahwa pohon memiliki
akar walaupun tidak terlihat. Gambar anak tidak memperlihatkan apa
yang ada di alam, tetapi lebih merupakan formulasi mental dan interpretasi
(pemahaman dan pemaknaan) anak tentang alam menurut cara
pandangnya.
Minat anak menggambar alam terus berkembang sejalan dengan bertambahnya
usia anak. Sementara itu, gambar objek manusia cenderung menurun, sedangkan
minat terhadap objek gedung terlihat terus meningkat.
Anak-anak biasanya menggambar bunga dengan berbagai variasi bentuk atau
skema yang unik dan ekspresif. Studi intensif mengenai ciri gambar bunga yang
dibuat anak menunjukkan bahwa ada tiga jenis karakter skema bunga seperti
berikut.
(1)
Skema kancing: bunga digambar
berupa lingkar kecil dan garis vertikal pendek di bawahnya.
(2)
Skema daisy: bunga
digambar menyerupai bentuk bunga daisy yang berbentuk lingkaran besar
dengan garis lengkung mengelilinginya dan garis vertikal pendek di bawahnya.
(3)
Skema tulip: bunga digambar
menyerupai bentuk bunga tulip berbentuk bulan sabit.
Pada mulanya, anak akan memilih skema bentuk bunga yang paling sederhana,
selanjutnya ia akan mulai menambahkan detail bentuk dan variasi-variasinya.
Perkembangan skema bentuk juga terjadi pada gambar batang pohon atau bunga.
Pada mulanya, batang digambar berupa garis vertikal tunggal, lalu menjadi garis
ganda atau berupa garis lengkung. Skema bentuk yang lebih kompleks atau detail
akan menampilkan batang bunga atau pohon lengkap dengan beberapa daun atau
dahannya.
d) Benda buatan manusia
Banyak benda buatan manusia menarik perhatian anak dan menjadi subjek dari
karya gambarnya. Beberapa bentuk sangat mengesankan anak-anak, seperti rumah,
mobil, pesawat, jembatan, hotel, dan sebagainya, karena tampak demikian akrab
dan penting, selebihnya sekadar pelengkap.
(1) Rumah dan tata ruang dalam
Sepanjang masa, rumah menjadi ungkapan visual yang bersifat universal dalam
gambar anak. Kecintaan anak pada subjek ini menunjukkan bahwa rumah adalah
simbol dari keamanan yang berkaitan dengan kehidupan keluarga. Representasi
skema bentuk rumah umumnya menampilkan satu atau tiga sisi rumah dengan atap
atas berbentuk segitiga. Bagian terpenting dari rumah adalah pintu dan jendela.
Pintu jarang dilupakan, anak biasanya akan menambahkan gagang pintu. Jendela
digambar berupa segi empat yang menempel di dinding rumah. Terkadang jendela
digambar dengan tirai.
Anak-anak umumnya jarang menampilkan tata ruang dalam (interior) karena ia
akan menghadapi problematik visualisasi ruang. Beberapa anak yang lebih tua
usianya menemukan solusinya dengan menggambarkan interior secara perspektif
burung atau seperti menggambar denah rumah.
(2) Transportasi
Pada umumnya, anak-anak khususnya anak laki-laki senang menggambar berbagai
sarana transportasi, seperti gerobak, kereta api, kapal, mobil, pesawat
terbang, dan pesawat ruang angkasa. Kereta api menjadi daya tarik utama bagi
anak-anak, bahkan ada anak yang mengkhususkan diri hanya menggambar kereta api.
Pada masa prabagan, anak-anak menggambar kereta api biasanya berupa kotak
berjajar yang merepresentasikan gerbong kereta dengan roda dan cerobong asap
pada gerbong terdepan. Pesawat ruang angkasa, roket, dan satelit juga menjadi
subjek gambar yang populer di lingkungan anak-anak walau mereka hanya
mengetahuinya melalui gambar atau foto.[20]
3. Metode Pembinaan Seni Rupa
di SD/MI
Beberapa metode pembinaan yang
dapat guru kembangkan sebagai berikut.
a. Metode Pembinaan Ekspresi
Pembinaan ekspresi merupakan pembinaan proses pengungkapan perasaan,
termasuk ungkapan jiwa. Lowenfeld mengatakan bahwa self espression dalam arti yang tepat adalah suatu pernyataan tentang isi jiwa (pikiran,
perasaan, dan kehendak) dengan cara-cara sendiri. Self expression sangat
perlu bagi perkembangan pribadi yang harmonis. Dengan demikian, ekspresi itu
bukan ditentukan oleh apa yang dinyatakan, tetapi oleh bagaimana itu dinyatakan.
Melalui self expression atau ekspresi diri, diharapkan terbinanya
ekspresi sejati yang tumbuh dari intuisi anak sebagai peserta didik, bukan atas
pengaruh orang lain. Lebih lanjut, self expression memberi kesempatan
anak lebih leluasa mengungkapkan pengalaman-pengalaman batin yang selama ini
masih mengendap. Untuk penyaluran perasaan, perlu dipilih metode yang tepat dan
dapat memberi kepuasan dalam mengungkapkan atau mencurahkan perasaan. Pembinaan
ekspresi dapat dilakukan melalui dua hal berikut.
1) Memberikan stimulus atau rangsangan kepada anak untuk mengaktifkan
pengungkapan perasaan atau jiwanya dengan cara sebagai berikut.
a) Pendekatan langsung pada alam dan peristiwa-peristiwa di luar kelas,
misalnya mengenal proporsi, mengamati cahaya dan bayangan, serta mengenali
bentuk trimatra yang ada di alam dan pengalaman sensori lainnya (mengenal
macam-macam aroma, macam-macam tekstur alam, atau manufaktur).
b) Pembangkitan minat berdasarkan berbagai pengalaman anak, misalnya melalui
pengalaman bermain dengan balok konstruksi sesuai fantasi dan imajinasi anak
atau pengalaman.
2) Melatih keberanian, spontanitas,
dan keterampilan menggunakan bermacam-macam media sebagai sarana
mengekspresikan perasaan atau jiwa dengan cara berikut.
a) Eksplorasi
Kegiatan menjelajah, mencoba-coba dan memanipulasi ide-ide atau material.
Pada proses eksplorasi material-material seni, anak-anak menemukan beragam
teknik dengan menggunakan alat-alat tertentu dan seringkali mereka
mengembangkan keterampilan lainnya. Misalnya ketika anak diberi bermacam-macam
tipe kertas, anak-anak akan mencoba merobek, memotong, menggulung, melipat,
menganyam, atau meremas. Melalui kegiatan tersebut, anak akan mengenali bahwa
beberapa tipe kertas tertentu lebih mudah merespon untuk diremas dibandingkan
tipe lainnya.
b) Eksperimen
Kegiatan menemukan hal-hal baru
yang didapat dalam proses mencoba berbagai media. Misalnya, ketika anak bermain
dengan plastisin dan adonan tepung, ia akan mengenali bahwa karakter kedua
media tersebut berbeda sehingga perlakuan teknisnya pun harus dibedakan untuk
memperoleh hasil yang maksimal.[21]
b. Metode Pembinaan Kreativitas
Kreativitas bisa diartikan dengan kemampuan mencipta, menanggapi persoalan,
mudah menyesuaikan diri dalam setiap situasi, memiliki ciri kepribadian, serta
memiliki kemampuan berpikir secara menyeluruh. Pembinaan ekspresi dapat
menunjang pembinaan kreativitas. Dengan demikian, dalam mengolah pengalaman,
jiwa tersebut terlibat keaslian (orisinalitas, kepribadian) dan kemampuan
menanggapi persoalan.
Kreativitas erat hubungannya dengan fantasi atau daya khayal. Daya khayal
ini diperlukan dalam setiap penciptaan karya seni. Oleh karena itu, daya khayal
anak harus diaktifkan melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Anak-anak
perlu diberikan kebebasan dalam mengubah bentuk-bentuk benda yang ditanggapinya
menurut kemampuan dan seleranya masing-masing. Misalnya, anak-anak ditugaskan
untuk mencari berbagai kemungkinan bentuk trimatra dari plastisin dengan
mengubah bentuk-bentuk geometris, seperti segitiga, bola, balok, empat persegi
panjang, dan sebagainya, menjadi bermacam-macam bentuk lainnya yang diperoleh
dari proses pengolahan tekstur dan modifikasi bentuk.[22]
c. Metode Pembinaan Sensitivitas
Sensitivitas berarti kepekaan menerima stimulus atau rangsangan dari luar
yang diserap melalui pancaindra. Tingkat kepekaan tiap-tiap anak berbeda-beda.
Ada anak yang kepekaannya tajam dan ada pula yang tumpul. Pendidikan seni rupa
mengembangkan kepekaan anak-anak. Melalui pendidikan seni rupa ini, diharapkan
anak dapat menangkap rangsangan serta cepat mengolahnya menjadi beberapa hasil
seni yang bermanfaat. Anak yang memiliki pengalaman sensori yang luas akan
tampak lebih percaya diri dan sensitif. Melalui latihan yang berulang kali dan
konstan, anak membangun konsep tentang dirinya dan lingkungannya serta
menyadari makna hubungan antarkonsep seni.
Pada saat anak-anak mulai dapat mengasimilasi dan mengenal
perbedaan-perbedaan, mereka akan menambahkan detail lebih banyak pada kreasi
seni mereka. Perkembangan progresif alami pada persepsi visual ini dapat
diperkaya dengan stimulasi sensori/indriawi dan dengan latihan perbaikan
keterampilan mengamati.
Cara membina sensitivitas dapat
ditempuh melalui hal berikut.
1) Latihan melihat/mengamati sesuatu, misalnya mengamati macam bentuk, warna,
dan tekstur dengan susunan yang berbeda, kemudian diserap oleh anak-anak
sehingga menimbulkan berbagai tanggapan dan perasaan. Hal ini dapat menjadi
latihan pengamatan. Daya tangkap pengamatan yang kuat berarti memperoleh
respons yang sempurna dan lengkap dengan kualitas yang baik.
2) Latihan merespons pengalaman sensori. Misalnya, mengenali karakter
macam-macam tekstur dengan meraba permukaan suatu benda. Sensasi yang
ditimbulkan akibat rabaan tersebut akan membangkitkan berbagai tanggapan atau
kesan.
3) Mempelajari atau menganalisis susunan suatu benda atau karya seni.
Dalam mempelajari susunan/konstruksi suatu benda dapat digabungkan dengan
mengamati susunan benda. Misalnya, anak-anak diajak untuk mengamati susunan
benda (objek), kemudian diteruskan dengan menganalisis kondisi dan karakter
objek, selanjutnya dicoba mengungkapkan hasil pengamatan itu (tanggapan
terhadap objek). Proses pengamatan terhadap objek dapat dilakukan melalui
gambar atau langsung menghadapi objek tersebut.[23]
d. Metode Pembinaan Keterampilan
Pendidikan seni rupa tidak dapat dikatakan berhasil jika tidak didampingi
keterampilan. Keterampilan di sini meliputi segala macam teknik penggunaan
serta pengenalan alat-alat atau media seni rupa. Walaupun hal ini sebenarnya
bukan merupakan tujuan pokok pendidikan seni rupa, keterampilan ini penting dan
sangat dibutuhkan.
Keterampilan menggunakan alat-alat dan media penting dan sangat dibutuhkan
karena dapat mempermudah dan memperlancar anak-anak dalam mengungkapkan
perasaan dan jiwanya. Oleh sebab itu, sebelum anak-anak diajak untuk berkarya,
mereka haruslah diberikan latihan-latihan pengenalan alat dan media serta
teknik penggunaannya. Dengan demikian, guru hendaknya terlebih dahulu harus
menguasai macam-macam teknik penggunaan alat-alat dan media sehingga dapat
mengajarkan anak dengan benar.
Derajat kesulitan pada latihan-latihan ini sebaiknya diberikan secara
bertingkat menurut kelas dan kemampuan anak-anak. Dalam latihan-latihan ini,
guru harus memberikan contoh terlebih dahulu agar dapat menggugah minat dan
perhatian anak. Selanjutnya, anak dapat berkreasi sesuai dengan kesenangannya.[24]
[1]Drs. Tri Rama
K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia : Dilengkapi dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Surabaya : Mitra Pelajar). Hal.
50.
[2]Drs. Tri Rama
K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia…… Hal. 250.
[3]Jan
Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yoyakarta : Kanisius, 2010). Cet. 14. Hal. 67.
[4]Dra. Widia Pekerti, M.Pd., et. al., Metode Pengembangan Seni,
(Tangerang Selatan : Universitas Terbuka, 2014). Cet. 1. Hal. 9.5-9.6.
[10]Drs. Margono,
M.Sn., et. al., Seni Rupa Dan Seni Teater,
(Jakarta : PT. Grasindo, 2008). Hal. 27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar