A.
Pengertian Nun Sukun
Nun Sukun (mati) adalah huruf Nun yang tidak berharakat, baik
Fathah, Kasrah, maupun Dhammah. Nun Sukun bisa terletak sesudah isim, fi’il
maupun huruf, juga bisa terletak di tengah kalimat atau di ujung kalimat.
Keberadaan Nun Sukun akan selalu nyata, baik dalam bentuk tulisan, pengucapan,
washal maupun waqaf. Maksudnya nyata terdengar suara (bunyi) Nun nya.[1]
Contoh-contoh
keberadaan Nun Sukun dalam berbagai bentuk :
1.
Bentuk kalimat Isim, Fi’il dan Huruf
Bentuk Kalimat
|
Contoh
|
Quran Surah
|
Isim
|
وَالْمُنْخَنِقَةُ
|
Al-Maidah : 3
|
Fi’il
|
يَنْحِتُوْنَ
|
Al-Hijr : 82
|
Huruf
|
عَنْ – مِنْ
|
Al Kahfi : 90
Ali Imran : 199
|
2.
Bentuk kalimat Ashliyyah, Nun Sukun merupakan bagian dari akar kata
Bentuk Kalimat
|
Contoh
|
Quran Surah
|
Ashliyyah
|
اَنْعَمْنَا
|
Al-Isra’ : 83
|
3.
Bentuk kalimat Zaidah, Nun Sukun merupakan tambahan terhadap akar
kata
Bentuk Kalimat
|
Contoh
|
Quran Surah
|
Zaidah
|
فَانْفَلَقَ
|
Asy-Syu’ara : 63
|
Asal
kata dari “ فَانْفَلَقَ”
adalah “ فَلَقَ” yang berwazan “فَعَلَ
”
Bentuk Kalimat
|
Contoh
|
Asal
|
Quran Surah
|
Nun berharakat karena bertemunya dua sukun
|
اِنِ ارْتَبْتُمْ
|
اِنْ ارْتَبْتُمْ
|
At-Thalaaq : 4
|
اِلَّا مَنِ
ارْتَضَى
|
اِلَّا مَنْ
ارْتَضَى
|
Al-Jin : 27
|
B.
Pengertian Tanwin
Tanwin menurut bahasa adalah At-Tashwit (التَّصْوِيْتُ)
artinya suara seperti kicauan burung. Sedangkan menurut istilah ialah :
نُوْنٌ
سَاكِنَةٌ تَلْحَقُ اخِرَ اْلإِسْمِ لَفْظًا وَوَصْلاً وَتُفَارِقُهُ خَطًّا
وَوَقْفًا
“Nun
Sukun yang terdapat pada akhir Isim yang tampak dalam bentuk suara (dan ketika
Washal), tidak dalam penulisan dan pada saat Waqaf.”[3]
Contoh dalam hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :[4]
Tanwin
|
Tanda
|
Suara
|
Contoh
|
Fathah
|
ً
|
An
|
كِتَابًا
|
Kasrah
|
ٍ
|
In
|
كِتَابٍ
|
Dhammah
|
ٌ
|
Un
|
كِتَابٌ
|
C.
Perbedaan Nun Sukun Dan Tanwin
Perbedaan pokok
antara Nun Sukun dan Tanwin, yaitu :
النُّوْنُ
السَّاكِنَةُ تَثْبُتُ خَطًّا وَلَفْظًا وَوَصْلاً وَوَقْفًا
“Nun Sukun
tetap nyata dalam penulisan maupun pengucapan, baik ketika washal maupun
waqaf.”
التَّنْوِيْنُ
فَإِنَّهُ تَثْبُتُ لَفْظًا وَوَصْلاً لَا خَطًّا وَلَا وَقْفًا
“(sedang)
Tanwin tetap nyata (terdengar) dalam pengucapan dan ketika washal, tidak dalam
penulisan maupun waqaf.”[5]
D.
Pembagian Nun Sukun dan Tanwin
Hukum Nun Sukun dan Tanwin
dibagi menjadi lima: izh-har halqi, idgham bighunnah, idgham bilaghunnah, iqlab
dan ikhfa haqiqi.
1.
Izh-har Halqi
Terjadi : Apabila Nun Sukun atau Tanwin bertemu ء
ه ع ح غ خ
Dibaca : Jelas
2.
Idgham Bighunnah
Terjadi : Apabila Nun Sukun atau Tanwin bertemu ي
ن م و
Dibaca : Idgham (dimasukkan) dengan ghunnah
3.
Idgham Bilaghunnah
Terjadi : Apabila Nun Sukun atau Tanwin bertemu ل
ر
Dibaca : Idgham (dimasukkan) tanpa ghunnah
4.
Iqlab
Terjadi : Apabila Nun Sukun atau Tanwin bertemu ب
Dibaca
: Dirubah menjadi suara mim dengan ghunnah
5.
Ikhfa haqiqi
Terjadi : Apabila Nun Sukun atau Tanwin bertemu
ت ث ج د ذ ز س
ش ص ض ط ظ ف ق ك
Dibaca
: Disamarkan dengan ghunnah[6]
Dalam pembahasan ini, hanya akan membahas tentang Izh-har Halqi dan Iqlab.
1.
Izh-har Halqi
Izh-har menurut bahasa adalah
Al-Bayan (اَلْبَيَانُ)
artinya jelas, Halqi artinya tenggorokan. Sedang Izh-har menurut
istilah ialah:
إِخْرَاجُ
كُلِّ حَرْفٍ مِنْ مَخْرَجِهِ مِنْ غَيْرِ غُنَّةٍ فِى الْحَرْفِ الْمُظْهَرِ.
“Mengeluarkan
setiap huruf dari makhrojnya tanpa memakai dengung pada huruf yang dibaca
Izh-har.”
Izh-har menurut pengertian hukum Nun Sukun dan Tanwin adalah:
إِذَا
دَخَلَ النُّوْنُ السَّاكِنَةُ اَو التَّنْوِيْنُ عَلَى أَحَدِ هذِهِ الْأَحْرُفِ
السِّتَّةِ يُقَالُ لَهُ إِظْهَارٌ حَلْقِيٌّ.
“Apabila Nun
Sukun atau Tanwin menghadapi salah satu dari huruf (Halq) yang enam, maka
dinamakan Izh-har Halqi.”[7]
Enam huruf yang dimaksud yaitu ء ه ع ح غ خ
Huruf enam itu
disebut huruf halqi, karena makhraj-nya atau tempat keluar suara
dari mulut, ada pada kerongkongan atau tenggorokan.[8]
Dikatakan Izh-har Halqi karena jelasnya pengucapan Nun Sukun dan Tanwin
ketika menghadapi huruf-huruf yang keluar dari Halq atau tenggorokan.[9]
ء : مَنْ امَنَ غَاسِقٍ
إِذَا وَقَبَ
ه : مِنْ هَادٍ جُرُفٍ هَارٍ
ع : اَنْعَمْتَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
ح : يَنْحِتُوْنَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
غ : مِنْ غِلٍّ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
خ : مِنْ خَوْفٍ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ
Adapun yang menjadi sebab (Illat)
terjadinya hukum Izh-har adalah karena jauhnya makhraj. Huruf Izh-har
keluar dari daerah kerongkongan (Halq) sedang makhraj Nun dan Tanwin
berada di ujung lidah. Akan terjadi kesulitan pengucapan apabila diberi hukum
lain. Demikian pula huruf Nun dan Tanwin termasuk huruf yang
mudah pengucapannya sedang huruf Halqi termasuk berat, dengan demikian
tidak mungkin diberi hukum Ikhfa apabila dengan Idgham.[11]
a.
Tingkatan Izh-har
Dilihat dari
segi jauh dan dekatnya kedudukan enam huruf Izh-har, maka terjadi tiga
tingkatan hukum Izh-har, yaitu:
1)
Izh-har A’la, Izh-har
yang tinggi atau kuat, yaitu pada huruf Hamzah dan Ha’.
2)
Izh-har Ausath, Izh-har
pertengahan, yaitu pada huruf ‘Ain dan Ha.
3)
Izh-har Adna, Izh-har
yang rendah atau lemah, yaitu pada huruf Ghain dan Kha’.
b.
Cara mengucapkan Izh-har
Secara teoritis, pengucapan Izh-har
yang baik adalah dengan mengucapkan huruf Nun Sukun dan Tanwin sesuai
dengan makhraj dan sifat yang dimilikinya kemudian diiringi pengucapan
huruf Izh-har juga sesuai dengan makhraj dan sifatnya.
Pengucapannya berlangsung dengan lunak
tanpa terputus antara kedua huruf, tetapi tidak pula tercampur hingga keluar
suara baru mirip Qalqalah. Masing-masing huruf diucapkan sesuai
ketentuannya dengan lembut tanpa dipaksa.
c.
Sifat ghunnah huruf nun
Ghunnah atau dengung merupakan
sifat asli dari huruf nun. Dengan terjadinya huruf Izh-har,
apakah sifat ghunnah tersebut masih ada atau menjadi hilang? Sebagian
ahli tajwid berpendapat bahwa dengan terjadinya Izh-har, sebelum
mengucapkan Izh-har, ghunnah nun telah hilang. Sebagian lagi
berpendapat bahwa ghunnah tetap ada dan tidak terpengaruh dengan adanya Izh-har.
Dalam masalah ini, Syaikh Al-Mar’asyi
memberi komentar bahwa perbedaan pendapat itu sebenarnya hanya dari segi istilah
saja. Bagi yang mengatakan ghunnah-nya hilang, maksudnya ghunnah
tersebut tidak nampak dengan jelas seperti pada waktu Idghom atau Ikhfa.
Sedang bagi yang mengatakan tetap ada, maksudnya secara fakta pengucapan nun
tidak akan terlepas dari ghunnah, sebab ghunnah merupakan sifat nun
yang asli. Apabila tidak terdapat ghunnah, jelas bukan huruf nun
yang terdengar.[12]
2.
Iqlab
Iqlab menurut
bahasa ialah
تَحوِيلُ الشئِعَن
وَجهه
“memindahkan
sesuatu dari asalnya (kepada bentuk lain).”
Iqlab dalam
pengertian hukum nun mati dan tanwin adalah:
النونُ
وَالتَنْوِينُ اذا وَقَعاَ قَبْلَ الْباءِ يُقَلِباَنِ مِيْماً مُخَفَةً في الفظِ
لاَفي الْخطِ
“apabila nun
mati atau tanwin bertemu dengan huruf Ba’ (ب),
maka keduanya ditukar dengan huruf mim(م), tetapi hanya dalam bentuk suara, tidak
dalam bentuk tulisan.”
Menurut Etimologi Iqlab adalah mengubah sesuatu dari bentuknya. Adapun menurut terminology, iqlab adalah mengubah nun mati (sukun) dan tanwin menjadi mim saat bertemu ba’, disamarkan dengan ghunnah.
Contoh:
(سَمِيْعٌ
بَصِيْرٌ),
(جَزَاءً بِماَ), (شَيْءٌ
بَصِيْرٌ), ( (مِنْ
بَعْدٍ,
(أنْ بُوْرِكَ), (اَنْبِئهُمْ)
Tanda iqlab nun sukun dalam tulisan mushaf adalah mim kecil di atas nun sebagai ganti sukun (ن).
Contoh:
( (مِنْ
بَعْدٍ,
(أنْ بُوْرِكَ), (اَنْبِئهُمْ)
Tanda iqlab tanwin adalah tulisan mushaf adalah mim kecil sebagai ganti harakat kedua yang menunjukkan tanwin. Bentuknya seperti ini :
Contoh:
Iqlab adalah apabila nun mati (نْ) atau tanwin (ً/ٍ/ٌ ) bertemu dengan huruf ب, bunyinya menjadi mim mati (مْ) dengan catatanmemelihara ikhfanya مْ kedalamب disertai tempo dengung / ghunnah 2 harakat.[14]
Cara Membaca
Iqlab
Cara membaca
Iqlab adalah dengan menguah suara Nun Mati atau Tanwin menjadi mim. Kedua bibir
dirapatkan untuk mengeluarkan bunyi yang dibarengi dengung (sengau) yang keluar
dari pangkal hidung. Kemudian ditahan sejenak kira-kira dua ketukan sebagai
tanda bahwa disana ada terdapat huruf
iqlab.[15]
Contoh :
سَيِئَةٌبِماَ
– اَنْبِئهُمْ – مِنْ بَعْدٍ : ب
Ada tiga alasan yang dikemukakan oleh jumhur ulama tentang terjadinya hukum iqlab yaitu:
a)
Karna huruf nun dan tanwin mengandung ghunnah sedangkan untuk
mengucap huruf Ba’ bibir harus tertutup
, ini akan mengakibatkan terhalangnya ghunnah apabila dibaca dengan idzhar.
b)
Antara huruf Nun dan Tanwin
dengan huruf Ba’ berbeda makhroj dan
sifat, karena itu ia tidak mempunyai sifat untuk dibaca idghom.
c)
Apabila dibaca dengan ikhfa’ juga tidak mungkin. Karna berarti
masih diantara izhar dan idghom.
Karenanya
cara yang terbaik adalah dengan menukar huruf
Nun mati atau Tanwin dengan huruf
Mim. Disamping arena huruf mim mempunyai sifat yang sama dengan Nun,
yakni Ghunnah, juga karna makhroj keduanya sama dengan Ba’, sehingga
pengucapannya menjadi mudah dan sifat ghunnahnya tidak menjadi hilang.
Sementara
itu ada pendapat mengatakan bahwa hukum iqlab ini sebenarnya tidak termasuk
kedalam hukum ikhfa, karena suara Nun atau Tanwin tersembunyi. Saja dalam
ghunnahnya. Oleh karena itu, hukum bacaan itu bacaan yang terjadi dalam masalah
Nun Mati dan Tanwin ini hanya ada tiga yaitu idzhar, idghom dan ikhfa. Namun
demikian dari segi pengucapannya tidak terjadi perbedaan.[16]
E.
Kesalahan-Kesalahan Paling Menonjol Saat Melafalkan Nun Sukun Dan
Tanwin
1.
Membaca nun sukun dan tanwin dengan izh-har ketika
bertemu dengan huruf-huruf idgham, iqlab, dan ikhfa’.
2.
Meng-idgham-kan nun sukun dan tanwin ketika bertemu wawu
dan ya’ tanpa ghunnah.
3.
Membiarkan terjadi celah di antara dua bibir saat mengubah nun
sukun dan tanwin menjadi mim yang disamarkan, seperti pada contoh
berikut: (مِنْ بَعْدِ). Ini hal baru yang dibuat-buat.
4. Mulut berada pada satu kondisi saja saat melafalkan huruf-huruf
ikhfa’ secara keseluruhan. Contoh : (مَنْصُوْرًا),(مِّن دُونِ).
5.
Memperpanjang durasi ghunnah melebihi yang seharusnya.
Contoh : (فَلَن
نَّزِيْدَكُمْ) ,
(مِنْ قَبْلِ) ,(مِنْ هَادٍ).
6.
Meng-ikhfa’-kan nun sukun dan tanwin saat bertemu ghain
dan kha’(diluar qiraah Abu Ja’far). Contoh : (مِّنْ
خَيْرٍ ,(أَجْرٌ
غَيْر) [17]
[1]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus. (Surabaya: Halim Jaya, 2007). Cet. 1. Hal. 91.
[2]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus..... Hal. 92.
[3]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus..... Hal. 92.
[5]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus..... Hal. 93.
[6]Abu Ya’la
Kurnaedi dan Nizar bin Sa’ad Jabal. Metode As-Syafi’i: Cara Praktis Baca
Al-Quran dan ilmu Tajwid. (Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i, 2010).
Hal. 66.
[7]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus..... Hal. 93.
[8]KH. Imam
Zarkasyi. Pelajaran Tajwid. (Gontor Ponorogo: Trimurti Press,
1955). Cet. 1. Hal. 1.
[9]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus..... Hal. 94.
[10]Masruri, dkk. Belajar
Mudah Membaca Al-Quran Tajwid Dasar Ummi. (Surabaya: Lembaga Ummi
Foundation, 2007). Hal. 1.
[11]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus..... Hal. 94.
[12]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus..... Hal. 94-95.
[13]Dr. Aiman
Rusydi Suwaid. Panduan Ilmu Tajwid
Bergambar Mudah dan Praktis. (Solo: Zamzam, 2015) . Hal 96.
[14]Dr. H. Ahmad
Fathoni, Lc. , MA., Metode Maisura Berbasis Teori-Praktek-Pelatihan, (Jakarta:
Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta dan Institut PTIQ Jakarta, 2011). Hal 38.
[15]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus..... Hal. 100.
[16]Moh. Wahyudi. Ilmu
Tajwid Plus..... Hal. 100.
Carilah hukum tajwid idgom billagunah berharokat kasroh tain dommah tain atau fatha tain atau nun mati
BalasHapus